Akidah Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūd (as) mengenai Turunnya Malaikat

نحمده ونصلي على رسوله الكريم
   بسم الله الرحمن الرحيم
وعلى عبده المسيح الموعود

Akidah Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūdas mengenai Turunnya Malaikat

“Aku berakidah bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat yang dekat dengan-Nya. Setiap orang dari antara mereka memiliki makam tersendiri yang telah diketahui. Tidak seorangpun turun dari makamnya dan tidak juga naik. Turunnya mereka yang disebutkan dalam Alquran tidaklah seperti turunnya manusia dari atas ke bawah dan naiknya mereka pun tidak seperti naiknya manusia dari atas ke bawah karena dalam turunnya manusia terdapat perpindahan tempat serta bekas kesakitan diri dan kelelahan, sedangkan kelelahan dan kesakitan tidaklah menyentuh malaikat serta perubahan pun tidak mendatangi mereka. Oleh karena itu, janganlah memperbandingkan turunnya dan naiknya mereka dengan hal-hal yang lain! Sebaliknya, turunnya dan naiknya mereka sesuai dengan corak yang sama dengan turunnya dan naiknya Allah dari Arasy ke langit terdekat. Karena Allah telah memasukkan wujud mereka ke dalam īmāniyyat dan berfirman وَمَا يَعْلَمُ جُنُوْدَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ, beriman sajalah kepada turunnya dan naiknya mereka, tetapi janganlah masuk ke dalam pokoknya! Itu lebih baik dan lebih dekat kepada ketakwaan. Allah telah menyifatkan mereka sebagai wujud-wujud yang berdiri, bersujud, berbaris-baris, bertasbih, dan kokoh pada tempat mereka yang telah diketahui. Dia pun telah menjadikan sifat-sifat ini dawam lagi tidak akan pernah terlepas dan justru dengannyalah Dia mengkhususkan mereka. Dengan demikian, bagaimana mungkin mereka dapat meninggalkan keberdirian dan kebersujudan mereka, memecahkan barisan mereka, dan mengabaikan tasbih dan takdis mereka lalu turun dari makammakam mereka, mendarat di bumi, dan membuat langit kosong? Sebaliknya, mereka bergerak di dalam ruang lingkup mereka sendiri dan berada tetap pada makam mereka masing-masing seperti Sang Raja Yang Bertahta di atas Arasy. Kalian mengetahui bahwa Allah selalu turun ke langit di setiap akhir malam. Tidaklah dikatakan bahwa Dia meninggalkan Arasy kemudian naik kembali pada waktu yang lain. Demikianlah malaikat berada pada corak yang sama dengan sifat-sifat Tuhan mereka seperti terwarnainya bayangan dengan corak benda aslinya. Kita tidak mengetahui hakikatnya, tetapi kita beriman kepadanya. Bagaimana mungkin kita menyerupakan perpindahan mereka dengan perpindahan manusia yang kita kenali hakikatnya, sifat-sifatnya, batas-batas kelebihannya, keberhentiannya, dan pergerakannya? Allah sungguh telah melarang kita untuk berbuat seperti ini dan berfirman وَمَا يَعْلَمُ جُنُوْدَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ. Oleh karena itu, bertakwalah, wahai orang-orang yang memiliki pengertian!”


[Ḥaḍrat Mīrzā Ghulām AḥmadasAt-Tablīgh (Surrey: Islam International Publications Limited, 2009) hh. 12-13]
“Sesungguhnya, Kami beriman kepada malaikat-malaikat Allah berserta makam-makam dan barisan-barisan mereka. Kami pun beriman bahwa turunnya mereka adalah seperti turunnya cahaya, tidak seperti  keberpergian manusia dari satu negeri ke negeri yang lain. Mereka tidaklah meninggalkan makam-makam mereka. Bersamaan dengan itu, mereka naik dan turun. Mereka adalah para prajurit Allah serta para penguasa dan pemimpin langit. Mereka tidak memisahkan diri dari makam-makam mereka. Tidak ada seorangpun dari antara mereka, kecuali memiliki makam tersendiri yang telah diketahui. Mereka mengerjakan apa yang diperintahkan. Tidak satupun perkara menyibukkan mereka dan mereka melaksanakan ketaatan kepada Tuhan semesta alam.
Seandainya kepergian mereka untuk menunaikan tugas bermakna menjauhnya mereka dari makam-makam mereka, niscaya tidak mungkin banyak nyawa dapat diwafatkan pada satu waktu. Sebaliknya, wajib hukumnya agar tak seorangpun mati di belahan timur pada suatu waktu yang telah Allah tentukan baginya sebelum seorang malaikat selesai mencabut nyawa orang lain di barat yang pada waktu tersebut sama-sama mati seperti orang yang pertama itu dan sebelum malaikat itu pergi ke belahan timur. Tidaklah hal ini melainkan kedustaan yang terang-benderang! Sesungguhnya, perintah mereka, apabila mereka menghendaki sesuatu berdasarkan hukum Allah, mereka tinggal mengatakan kepada sesuatu itu, ‘Kun’. Lantas, sesuatu itu pun berproses untuk menjadi. Mereka tidaklah turun dengan kesakitan diri, pergeseran waktu, penjejakkan langkah, dan peninggalan tempat layaknya para penduduk bumi.”
[Ḥaḍrat Mīrzā Ghulām Aḥmadas, Tuḥfatu Baghdād dalam Bāqatun Min Bustān al-Mahdī(Surrey: Al-Shirkatul Islamiyyah, 2007), h. 38]
“Mereka berkata, ‘Sesungguhnya, malaikat turun ke bumi seperti turunnya manusia dari gunung ke lereng. Mereka lalu menjauh dari makam-makam mereka dan membuat makam-makam mereka tertinggal kosong sampai kembali naik kepadanya.’ Inilah akidah mereka yang mereka sendiri terangkan. Kami sungguh tidak dapat menerimanya dan Kami berkata, ‘Sesungguhnya, mereka dalam hal ini tidaklah berada di atas kebenaran.’ Bertambah dahsyatlah, dengan demikian, kemarahan mereka lalu berkata, ‘Sesungguhnya, orang-orang ini telah keluar dari akidah Ahl as-Sunnah Wa al-Jamā‘ah, bahkan telah kafir dan murtad kemudian bangkit untuk menentang Kita.’
Jawabannya adalah, ketahuilah! Sesungguhnya, mereka telah membuat kesalahan ketika mereka membandingkan malaikat dengan manusia. Tidaklah tersembunyi bagi orang yang diciptakan dari tanah kebebasan dan yang telah melampaui jiwa pengetahuan yang membawa kepada keyakinan bahwa malaikat menurut aslinya tidaklah menyerupai manusia dalam sifat apapun. Tidak pula ada dalil dari Alquran, sunah, dan ijmak yang menyatakan bahwa ketika turun ke bumi, mereka membuat langit tertinggal kosong layaknya satu negeri yang para penghuninya keluar darinya dan mereka mengikuti manusia dengan kesakitan diri. Mereka lalu sampai ke bumi setelah menempuh kesukaran safar, kepedihan perjalanan jauh beserta keletihan-keletihan dan penderitaan-penderitaan yang dibawanya, dan kesengsaraan dari setiap usaha dan kepayahan. Sebaliknya, Alquran Suci menerangkan bahwa sifat-sifat mereka diserupakan dengan sifat-sifat Allah Taala sebagaimana Dia berfirman وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا[2]. Oleh karena itu, lihatlah, semoga Allah mengaruniakan kepadamu kehalusan-kehalusan makrifat, bagaimana Allah Taala mengisyaratkan di dalam ayat ini bahwa kedatangan-Nya dengan kedatangan malaikat dan turunnya Dia dengan turunnya malaikat tersatukan dalam hakikat dan kaifiat! Tidak ada hajat bagi Kami untuk mengingatkanmu tentang apa yang telah jelas mengenai turunnya Allah dari Arasy pada sepertiga malam terakhir karena Engkau pun mengetahuinya. Bersamaan dengan itu, Aku tidaklah menaruh syak-wasangka bahwa Engkau memaknai turunnya Allah itu secara jasmani dan Engkau berakidah bahwa ketika Dia turun ke langit terdekat, Arasy menjadi kosong dari wujud-Nya. Oleh karena itu, ketahuilah! Sesungguhnya, turunnya malaikat itu semisal dengan turunnya Allah sebagaimana telah diterangkan ayat terdahulu. Allah juga telah memasukkan wujud malaikat ke dalam īmāniyyat sebagaimana Dia memasukkan wujud-Nya ke dalamnya dan berfirmanوَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ [3] dan وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ. Atas dasar ini, Dia menerangkan  kepada manusia bahwa hakikat malaikat dan hakikat sifat-sifat mereka yang luhur berada di luar jangkauan akal manusia dan tidak ada seorangpun yang mengetahuinya selain Allah. Oleh karena itu, janganlah mengetengahkan permisalan-permisalan bagi Allah dan malaikat dan datanglah, sebaliknya, kepada-Nya selaku orang-orang yang berserah diri!
Engkau pun mengetahui bahwa setiap muslim nan mukmin berakidah bahwa Allah turun ke langit terdekat pada sepertiga malam terakhir bersamaan dengan ketetapan wujud-Nya dan kebertahtahan-Nya di atas Arasy. Tidak ada satupun celaan seorang pencela dan umpatan seorang pengumpat yang mengarah kepada tiap-tiap muslim nan mukmin itu bersebab akidah ini. Bahkan, kaum muslimin telah bersepakat atasnya dan tidak ada seorangpun dari antara orang-orang mukmin yang menyanggahnya. Seperti itulah malaikat turun ke bumi bersamaan dengan kebertetapan dan kekokohan mereka pada makam-makam yang telah diketahui. Ini adalah satu rahasia dari rahasia-rahasia kodrat-Nya. Seandainya bukan karena rahasia-rahasia itu, niscaya wujud Tuhan Yang Qahhār tidak akan dapat dikenali. Makam-makam malaikat di langit adalah kokoh, tidak ada keraguan di dalamnya, sebagaimana Dia berfirman mengenai kisah mereka وَمَا مِنَّا إِلَّا لَهُ مَقَامٌ مَّعْلُوْمٌ[4]. Kita tidaklah melihat di dalam Alquran satupun ayat yang mengisyaratkan bahwa malaikat meninggalkan makam-makam yang Allah telah kokohkan mereka di atasnya. Bersamaan dengan itu, mereka turun ke bumi dan menjumpai penduduknya dengan seizin Allah. Mereka merefleksikan diri dengan refleksi-refleksi yang banyak. Sekali waktu, mereka ber-tamatstsul kepada para nabi dalam bentuk Banī Ādam. Di waktu yang lain, mereka nampak laksana cahaya. Di waktu yang lain pula, para ahli kasyaf melihat mereka sebagai bocah dan sebagian lain sebagai remaja. Allah menciptakan bagi mereka jasad-jasad yang baru di bumi selain dari jasad-jasad mereka yang asli dengan kodrat-Nya yang latif dan melingkupi. Bersamaan dengan itu, mereka memiliki jasad-jasad di langit. Mereka tidaklah memisahkan diri dari jasad-jasad samawi mereka dan mereka pun tidak meninggalkan makam-makam mereka. Mereka justru mendatangi para nabi dan setiap orang yang kepadanya mereka diutus bersamaan dengan bahwa mereka tidak meninggalkan makam-makam mereka. Ini adalah satu rahasia dari antara rahasia-rahasia Allah. Oleh karena itu, janganlah kaget akan hal ini! Tidakkah Engkau mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu? Oleh karena itu, janganlah masuk ke dalam golongan orang-orang yang mendustakan!
Pandangilah malaikat, bagaimana Allah menjadikan mereka anggota-anggota-Nya dan menjadikan mereka perantara-perantara kodrat-Nya kunfayakūniyyat-Nya dalam setiap perintah! Mereka meniupkan nafiri dari tempat-tempat di mana mereka berkediaman. Mereka menyampaikan suara mereka kepada siapa yang mereka kehendaki. Mereka tidak menjadi lemah untuk menjumpai setiap orang di belahan timur dan di belahan barat dalam sekejap mata atau lebih cepat darinya. Tidak satupun perkara menyibukkan mereka. Pandangilah, sebagai contoh, malaikat maut yang diwakilkan kepada manusia, bagaimana dia mencabut setiap nyawa pada waktu yang telah ditentukan meskipun salah satu dari orang-orang yang diwafatkan itu pada suatu waktu berada di belahan timur yang paling jauh dan yang lainnya di belahan barat yang paling jauh! Seandainya silsilah niẓām ilāhī ini bertumpu pada penjejakkan langkah malaikat dari langit ke bumi kemudian dari satu negeri ke negeri yang lain dan dari satu kerajaan ke kerajaan yang lain, niscaya tatanan perintah ini akan menjadi fasad dan kekalutan besar akan terjadi dalam perintah-perintah qaḍā’ dan kodrat Allah. Ketika seorang malaikat dalam perpindahannya harus mengamankan diri dari penyia-nyiaan waktu dan habisnya tempo melaksanakan perintah yang dimaksud, niscaya dia pada suatu waktu nanti akan menjadi bahan cercaan dan dia pada suatu hari nanti akan dikenai cacian Tuhan karena tidak berhasil menunaikan tugas sampai habis tempo serta dia kelak akan diikat dengan berbagai jenis hukuman. Engkau mengetahui bahwa status malaikat suci dari hal ini. Mereka bekerja dengan tanpa menetap. Pekerjaan mereka adalah pekerjaan Allah dengan tanpa kerancauan. Oleh karena itu, bertadaburlah dan janganlah masuk ke dalam golongan orang-orang yang lalai!
Kemudian, bertadaburlah lagi, semoga Allah mengaruniakanmu penerimaan terhadap kebenaraan! Sesungguhnya, malaikat adalah wujud yang memiliki tubuh yang terbesar dibandingkan dengan setiap yang ada di langit dan di bumi sebagaimana telah jelas dalam nas-nas Alquran dan hadis. Tidak ada keraguan bahwa seandainya salah seorang dari antara mereka turun ke bumi dengan tubuhnya yang besar dan kuat, niscaya seluruh wilayah akan hancur dan para penduduknya akan binasa dan bumi pun tidak mampu menampungnya. Yang benar adalah bahwa mereka sejatinya turun secara tamatstsulī. Tubuh-tubuh mereka yang asli tidaklah turun dari langit, tetapi Allah ciptakan bagi mereka tubuh-tubuh lain di bumi yang mampu ditampung bumi dan yang dikehendaki perkakas-perkakas di luar bumi dengan kadar yang pemerhatian orang-orang yang memperhatikan dapat mengetahuinya. Oleh karena itu, pikirkanlah mengenai perkataan kami ini sebagaimana mestinya dan janganlah tergesa-gesa, resapilah justru pemahaman ini dalam jangka waktu yang memadai lalu pandangilah kalamku ini dengan pandangan keinsafan, dan periksalah hakikat kalimatku ini, serta simaklah ucapanku ini! Kemudian, Engkau berhak memilih setelahnya, di tanganmulah penerimaan dan penolakan.
Hasil dari perkataan kami adalah bahwa malaikat telah diciptakan sebagai pembawa kodrat ilahi yang abadi dan sebagai wujud-wujud yang suci dari keletihan, kelelahan, dan kepayahan. Tidak boleh ada bagi mereka kepayahan safar, keletihan bersebab berlipat-lipatnya keberpergian, dan sampainya ke rumah-rumah dan tempat-tempat yang dimaksud dengan kesakitan diri dan pergeseran waktu karena mereka memiliki kedudukan sebagai anggota-anggota Allah untuk menyempurnakan tujuan-tujuan-Nya semata-mata berdasarkan irādat-Nya dengan tanpa menetap. Seandainya turunnya dan naiknya mereka semodel dengan naiknya dan turunnya manusia, niscaya tatanan kerajaan langit akan menjadi kacau dan setiap yang ada di dalam keduanya akan menjadi fasad. Segala cacat ini pada nantinya akan berpulang kepada Allah yang meneguhkan mereka di atas makam-Nya dalam tugas-tugas rabūbiyyat, khāliqiyyat, dan lain sebagainya karena mereka adalah para pengatur perintah-Nya dan para penjaga dari sisi-Nya atas segala sesuatu. Adapun perintah mereka, jika mereka menghendaki sesuatu, sesuatu yang dimaksud itu akan segera berproses untuk terjadi dengan tanpa jenda. Apakah terdapat safar di sana? Di mana pula berlipat-lipatnya keberpergian, peninggalan makam, dan turunnya mereka ke bumi dengan pergeseran waktu? Oleh karena itu, janganlah berdebat dalam masalah ini dan janganlah meminta fatwa kepada orang-orang yang kegilaan ta‘aṣṣub telah merasuki diri mereka karena mereka dengan kegilaan mereka itu telah menjadi maḥjūb.
Telah jelas dari Ḥaḍrat RasūlullāhSAW apa yang menguatkan perkataan kami ini tentang ketidakadaan turunnya malaikat, sebagaimana diriwayatkan dari Ḥaḍrat ‘Ā’isyahra, beliau berkata: Ḥaḍrat RasūlullāhSAW bersabda:
مَا فِي السَّمَاءِ مَوْضِعُ قَدَمٍ إِلَّا عَلَيْهِ مَلَكٌ سَاجِدٌ أَوْ قَائِمٌ، وَذٰلِكَ قَوْلُ الْمَلَائِكَةِ: وَمَا مِنَّا إِلَّا لَهُ مَقَامٌ مَّعْلُوْمٌ.[5]
Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu, bahwa ini merupakan dalil qaṭ‘ī bahwa malaikat tidaklah meninggalkan makam-makam mereka! Seandainya tidak demikian, bagaimana absah untuk dikatakan bahwa tidak ditemukan di langit satupun lokus kaki, kecuali terdapat seorang malaikat di atasnya? Bagaimana bisa pula bentuk ini tetap dalam keadaannya yang semula sewaktu malaikat turun ke bumi? Tidakkah Kalian berakidah bahwa Jibrīlas memiliki suatu tubuh yang memenuhi langit dan bumi? Apabila Jibrīlas dengan tubuhnya yang besar itu turun ke bumi dan langit menjadi kosong darinya, pikirkanlah dan ingatlah hadis lokus kaki itu dan masuklah ke dalam golongan orang-orang yang menyesali kesalahan!
Kemudian, jika Engkau berpikir lebih lanjut tentang Surah Al-Qadr, pastilah akan timbul bagimu penyesalan dan kenestapaan yan lebih besar daripada ini. Karena, Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman dalam Surah itu bahwa malaikat dan Ar-Rūḥturun pada malam itu dengan seizin Tuhan mereka dan mereka menetap di bumi hingga terbitnya fajar. Bila malaikat semuanya turun ke bumi pada malam itu, wajib hukumnya berdasarkan akidahmu bahwa langit seluruhnya akan menjadi kosong setelah mereka turun. Penjelasan ini telah lewat dalam hadis lokus kaki tadi. Oleh karena itu, janganlah melangkahkan kakimu kepada kesesatan yang telah jelas dengan sendirinya! Engkau mengetahui bahwa kelurusan telah terang bedanya dari kepenyimpangan. Engkau tidak akan mampu untuk mengeluarkan satupun hadis yang menunjukkan bahwa langit menjadi kosong setelah malaikat turun ke bumi. Oleh karena itu, janganlah berbuat lancang kepada Allah dan Rasul-NyaSAW dan janganlah ikuti apa yang Engkau tak punya ilmu atasnya lantas Engkau akan tercela lagi ditinggalkan dan masuk ke dalam golongan orang-orang yang sesat!”
[Ḥaḍrat Mīrzā Ghulām Aḥmadas, Ḥamāmat al-Busyrā Ilā Ahli Makkata Wa Ṣulaḥā’i Umm al-Qurā dalam Rūḥānī Khazā’in v. 7 (Surrey: Islam International Publications Limited, 2009), hh. 271-276]
[1] Q.S. 74:32.
[2] Q.S. 89:23.
[3] Q.S. 2:178.
[4] Q.S. 37:165.

[5] Al-Kunā Wa Al-Asmā’ Li Al-Ḥafīẓ Ad-Daulābī, no. 1824.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *