Oleh : Mawahibur Rahman
Saya diutus hanya untuk dua tujuan, pertama agar kalian beriman kepada Keesan Allah swt. Kedua agar tumbuh rasa cinta dan kasih sayang di antara kalian[1] (Hz. Mirza Ghulam Ahmad as.)
Pertarungan Ideologi di Abad 19 dan 20
Tiga terakhir yang sedang kita jalani ini[2] adalah abad yang memiliki dua sisi yang begitu berbeda. Di satu sisi umat manusia sedang menjani sejarah peradaban yang menjadi puncak bagi kecerdasannya, sehingga terlahir penemuan-penemuan teknologi yang mungkin oleh orang pada abad-abad terdahulu terlintas saja tidak dalam fikiran mereka. Namun di sisi lain, umat manusia juga dihadapkan kepada keguncangan sosial ekonomi yang luar biasa. Jurang kesenjangan kemakmuran, Perang Dunia berdarah, merebaknya kriminalitas adalah contoh keguncangan-keguncangan itu.
Sejalan dengan usaha penemuan sains, para filsuf dan pemikir peradaban pun berlomba-lomba menawarkan ideologi dengan harapan menjadi solusi bagi permasalahan sosial ekonomi yang terus bertambah. Karenanya lahirlah ideologi Kapitalisme, Liberlisme, Imperialisme di satu sisi dengan landasan kekuasaannya. Tidak mau kalah dicetuskan ideologi Sosialisme, Komunisme, dan Fasisme sebagai lawannya[3].
Pada abad yang lalu, pertarungan 2 kutub ideologi ini begitu luar biasa mempengaruhi dunia. Ideologi-ideologi yang awalnya ditawarkan sebagai solusi atas masalah sosial ekonomi ini, malah melahirkan banyak peperangan yang justru menambah penderitaan umat manusia. Kedua kutub ideologi ini memang kalau ditarik mudur, semangat awalnya memang sama-sama memiliki cacat motivasi. Kutub Kapitalisme berdiri dengan semangat penguasaan, sedangkan kutub Komunisme berpijak pada semangat kebencian & perlawanan.
Al-Wasiyat Lahir Sebagai Jawaban
Di tengah pertarungan panas antara dua kutub ideologi ini, Allah swt. dengan kasih sayang-Nya telah meletakkan pondasi ideologi Ilahi yang akan menjadi solusi bagi segala permasalahan dunia itu. Pondasi yang sebenarnya sudah diletakkan 1400 tahun sebelumnya, tetapi sudah mulai hancur oleh ulah umatnya sendiri, selain juga bahwa dibutuhkan penguatan lagi dalam menjawab kebutuhan zaman yang sudah lebih komplek. Maka pada awal abad 20, tahun 1905 tepatnya, Hz. Mirza Ghulam Ahmad as. Al-Qadiani menulis risalah yang akan menjadi jawaban Islam atas kebuntuan umat manusia. Al-Wasiyat itulah risalah agung yang beliau tulis dengan bimbingan langsung dari Allah swt.
‘’ Segala apa yang dijanjikan telah dekat. Segala nikmat yang dianugerahkan Tuhan kepada engkau, ceritakanlah kepada manusia. Barangsiapa menjalankan taqwa dan sabar, maka Allah sekali-kali tidak akan menghilangkan ganjaran orang-orang yang berbuat baik ini [4]”
Risalah ini juga menjadi penekanan dari Allah swt. bahwa solusi terbaik bagi konflik dunia tidaklah akan dilahirkan dari upaya dan kecerdasan manusia, tapi akan muncul dari hamba-hamba pilihan-Nya (lihat Q.S An-Nur : 56).
Dalam Risalah Al-Wasiyat itu dijelaskan nilai-nilai mulia seperti tauhid, keadilan, solidaritas, kejujuran, persatuan akan menjadi warna utama. Para hartawan dengan basuhan air Ilahi akan dipenuhi rasa cinta untuk menyerahkan 1/10 – 1/3 harta mereka untuk kepentingan agama dan umat manusia.
Dalam harta kekayaan itu akan ada hak bagi orang-orang yatim dan miskin dan orang-orang yang baru masuk Islam yang tidak mempunyai penghasilan yang cukup[5]
Di satu sisi kaum kurang mampu pun dididik agar mereka bisa mandiri karena Rasulullah saw. sendiri menyampaikan bahwa, “Rezeki terbaik adalah dari hasil keringatnya sendiri[6]”. Tatanan Dunia Baru yang akan dibentuk ini akan bersifat Internasional yang akan mempersatukan umat manusia dalam semangat persaudaraan dibawah bimbingan utusan-Nya langsung[7].
Tahrik Jadid Pintu Gerbang Menuju Tatanan Baru
Namun untuk sebuah sistem yang dipersiapkan bagi tujuan yang begitu agung itu tentu dibutuhkan waktu yang panjang untuk mewujudkan secara sempurna. Karena setiap sistem yang mulia dia akan tumbuh secara perlahan, tetapi dia akan sangat kokoh. Sehingga Allah swt. pun telah mempersiapkan pilot project bagi sistem Al-Wasiyat. Proyek itu lebih cepat bisa diwujudkan dan akan melatih setiap ahmadi untuk mengemban tanggung jawab menuju tatanan Al-Wasiyat. Tahrik Jadid itulah proyek yang Allah swt. ilhamkan kepada putra Masih Mauud as. yaitu Hz. Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra. Walau Tahrik Jadidi ini dicanangkan setelah Al-Wasiyat, namun ia adalah pembuka jalan dan perintis menuju Tatanan Baru menurut rencana Al-Wasiyat[8].
Penentangan keras kaum Ahrar kepada Jemaat Ahmadiyah pada tahun 1934 menjadi momentum yang beliau ambil untuk mendaklarasikan proyek ini.
“Saya sudah bertahun-tahun menunggu, kapankah akan berkopar api (fitnah) yang karenanya semua anggota Jemaat, besar kecil, tua muda. akan sadar dan bangki dari kelalainnya, yang akan membawa Jemaat ke dalam suasan keadaan 1350 tahun yang silam (masa Islam awal) [9]“
Sabda ini menggambarkan bahwa misi dan visi yang akan dilaksanakan oleh Proyek Tahrik Jadid ini adalah sesuatu yang sangat penting. Tetapi walau ia disebut Tahrik Jadid (terjemahan Indonesia : Gerakan Baru), namun ia bukanlah sesuatu yang benar-benar baru, karena ruh dan pondasinya telah diletakkan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat beliau saw.
Untuk kepentingan proyek ini beliau menulis beberapa buku yaitu Falsafah dan Keutamaan Tahrik Jadid, Tatanan Dunia Baru Menurut Islam, Sistem Ekonomi Menurut Islam, Hakikat dan Ruh Tahrik Jadid dll. Lalu sebagai deklarasi pengingat beliau merangkum nilai-nilai dari sistem ini dalam 27 Tuntutan Proyek Tahrik Jadid[10]. Didalamnya didorong para ahmadi untuk hidup sederhana, berkorban harta, waktu, ilmu untuk agama, hijrah, hidup mandiri, tabligh dll.
5 Intisari Proyek Tahrik Jadid[11]
Seperti yang telah disampaikan diatas, bahwa proyek Tahrik Jadid ini adalah pintu gerbang menuju Tatanan Dunia Baru Menurut Al-Wasiyat. Maka kita perlu memahami apa sebenarnya gagasan yang ditawarkan oleh Tahrik Jadid sehingga ini memang layak menjadi pilot project bagi Tatanan Agung itu.
- Menghilangkan Kesenjangan Antara Orang Kaya dan Miskin
Banyak sekali konflik sosial yang timbul karena jurang antara orang kaya dan miskin yang terlalu lebar. Tahrik Jadid memberikan solusi dengan mendorong semua orang untuk hidup sederhana (tuntuan nomer 1) , yaitu pola hidup yang secukupnya/tidak berlebihan dalam cara makan, model busana, furnitur dll. Kesenjangan sosial-ekonomi antar orang mampu dan kaum papa sebenarnya bukan hanya disebabkan oleh jumlah kekayaan yang dimiliki, tetapi lebih disebabkan oleh gaya hidup dari orang-orang kaya yang berlebihan. Gaya hidup glamor dari orang-orang kaya ini mengikis jiwa rendah hati dalam diri mereka dan juga perasaan minder dalam diri saudara nya tidak mampu, akibatnya jelas ada jarak komunikasi yang jauh diantara dua kelompok ini. Tetapi apabila orang-orang mampu hidup dalam corak sederhana maka mereka tidak segan untuk merangkul saudaranya yang kurang mampu, dan saudaranya yang kurang mampu itu juga tidak minder untuk mendekat.
- Menghapuskan Budaya Materialistik
Salah satu tantangan solidaritas & persatuan dalam dunia modern saat ini adalah budaya materialistik. Dimana pemikiran umat manusia terfokus untuk mencari materi sebanyak-banyaknya. Akibatnya kaum buruh selalu menuntut agar dinaikkan gajinya lewat demonstarasi & huru-hara. Sedangkan orang-orang kaya masih belum merasa cukup, mereka terus menumpuk kekayaannya. Maka buah dari pemikiran ini adalah berkobarnya api permusuhan.
Oleh karenanya Tahrik Jadid mengajarkan kepada pekerja untuk mandiri (tuntutan nomer 15). Para pekerja dididik untuk tidak banyak menuntut hak, tetapi bekerja dengan baik. Sedangkan bagi para atasan/pemilik modal diajarkan melaksanakan kebudayaan Islam (Tuntuan nomer 18) yaitu “Berikan upah pekerjamu sebelum menetes keringatnya”.
- Hijrah Untuk Membentuk Karakter Tangguh
Sejarah telah mencatat bahwa bangsa-bangsa yang maju adalah bangsa yang dalam diri mereka tidak gentar untuk hijrah demi kemajuan. Islam pun bisa berkembang baik tidak lepas dari konsep ini. Maka Tahrik Jadid lewat tuntutan nomer 2, 16, 13 mendorong para ahmadi untuk berhijrah menguatkan Ilmu Islam & Jemaat, bertabligh Islam dan mengembangkan ekonomi. Lewat tuntutan ini akan terbentuk mentalitas tangguh yang menjadi syarat bagi sebuah kemajuan.
- Membentuk Pusat-Pusat Jemaat Yang Menjadi Protipe Islam Sejati
Karena sistem ini diharapkan memberi pengaruh kepada semua umat manusia. Maka penting untuk membentuk pusat-pusat Jemaat di berbagi belahan dunia, dimana di pusat-pusat Jemaat itu ajaran-ajaran Islam yang indah ditunjukkan betul lewat akhlak penghuninya (tuntutan nomer 13 & nomer 24). Pusat-pusat itu akan menjadi mercusuar cahaya Islam yang penuh kasih yang menyinari seluruh belahan bumi.
- Penyiaran Ajaran Islam Sejati
Karena solusi utama bagi perdamain dunia ada dalam Islam, maka penting untuk bisa mengajak sebanyak-banyaknya umat manusia untuk menerima ajaran Islam sejati yang dibawa oleh Jemaat Islam Ahmadiyah ini. Sehingga Tahrik Jadid menekankan sekali agar setiap anggota bisa ikut serta dalam program dakwah ajaran Islam ahmadiyah ini ke berbagai belahan dunia (tuntutan nomer 2, 4, 5, 16, 26) bahkan begitu pentingnya penekanan akan tabligh ini sehingga tidak boleh ada ahmadi yang luput dari program tabligh ini walaupun hanya lewat doa saja (tuntutan nomer 27)
- Pekerjaan Tabligh Akan Banyak Melahirkan Karakter Baik
Bagi masyarakat yang maju yang akan mengenal pencipta nya. Maka mereka harus memiliki karakter-karakter baik yang kuat yang menjadi pondasinya. Lihatlah negeri/peradaban yang maju, mereka maju utamanya bukan karena sumber daya alam yang dimiliki, tapi karena mereka memiliki karakter-karakter baik yang kurang dimiliki oleh pereadaba lain. Program tablig ke seluruh wilayah dunia dengan berbagai tantangan, budaya, demografi dll akan melahirkan karakter kerja keras, itaat, kerja sama, tawakkal, yakin akan doa dll.
Maka saya menutup uraian ini dengan kutipan sabda Imam Mahdi as. Hz. Mirza Ghulam Ahmad as dalam risalah Al-Wasiyat[12] :
“Kamu adalah sebuah benih dari Tuhan yang sudah ditanamkan dalam bumi. Alllah swt. berfirman : Benih ini akan tumbuh kian besar, dari tiap-tiap pihak akan keluar cabang-cabangnya dan akan menjadi sebuah pohon besar. Berbahagialah orang-orang yang percaya kepada perkataan Tuhan”
[1] Hz. Mirza Ghulam Ahmad as., Pronouncements of the Promised Mesiah, Vol. II, hal 54)
[2] Abad ke 19, 20 dan 21
[3] Hz. Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad ra. (pencetus gerakan Tahrik Jadid) dalam buku The New Word Order of Islam menerangkan falsafah-falsafah dasar dari ideologi-ideologi ini dan kelemahan-kelemahannya.
[4] Hz. Mirza Ghulam Ahmad as.,Al-Wasiyat, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2004, hal. 8
[5] Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra., Tertib Baru Menurut Al-Wasiyat (Petikan Buku), Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1990, hal 9
[6] أَىُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ قَالَ عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ
“Wahai Rasulullah, mata pencaharian (kasb) apakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi).” (HR. Ahmad 4: 141, hasan lighoirihi)
[7] Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra., Tertib Baru Menurut Al-Wasiyat (Petikan Buku), Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1990, hal 9
[8] Hazrat Mirza Bashirudin Mahmud Ahmad ra, Tatanan Dunia Baru Menurut Islam, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1993, hal 120
[9] Hazrat Mirza Bashirudiin Mahmud Ahmad ra, Falsafah dan Keutamaan Tahrik Jadid, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2017, hal 4
[10] Untuk memahmi betul proyek ini sebenarnya penting bagi pembaca membaca buku-buku itu atau minimal meresapi betul poin demi poin dari 27 Tuntutan Tahrik Jadid
[11] Dirangkum dari berbagai buku Hz. Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra. seputar Tahrik Jadid, utamanya adalah dari buku Falsafah dan Keutamaan Tahrik Jadid
[12] Hz. Mirza Ghulam Ahmad as. ,Al-Wasiyat, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2004, hal. 20