Apakah Islam Ahmadiyah adalah Ahlus-Sunah Wal-Jamaah ?

Apakah Islam Ahmadiyah adalah Ahlus-Sunah Wal-Jamaah ?

Pada masa ini, umat Islam telah terbagi menjadi berpuluh-puluh firqah dan kita dapat menyaksikan kebenaran sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa umat beliau akan terbagi sampai 73 Firqah. Sedangkan dalam sabda lain, Rasulullah memerintahkan agar umat Islam di akhir zaman menjauhi firqah-firqah dan mencari Islam Jamaah.Dari sinilah timbul istilah Ahlus-Sunah Wal-Jamaah, dan tiap-tiap firqah tentunya dengan pandangan tafsirnya masing-masing menganggap bahwa merekalah Ahlus-Sunah Wal-Jamaah yang dinubuatkan itu.

Klaim kebenaran ini juga dikuatkan dengan petunjuk bahwa diantara 73 firqah itu, hanya satu yang dinubuatkan akan kebenarannya. Sehingga tentunya tiap firqah berharap dan menggap bahwa mereka adalah kelompok yang dinubuatkan kebenarannya itu. Klaim kebenaran ini pada hakikatnya adalah hal yang wajar karena sudah menjadi fitrat dari manusia bahwa mereka akan memegang teguh jalan yang dianggapnya benar. Selama satu sama lain tidak saling menyalahkan dan menyerang, dan jalur diskusi yang sejuk terus dijalalnkan, maka klaim kebenaran itu adalah hal yang baik.

Di sisi lain, dalam diri umat Islam pada umumnya timbullah soal di hati mereka “Apakah tanda-tandanya Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah?”. Hitam atau putih tidak menjadi warnanya; negeri utara atau selatan tidak menjadi lingkungannya; Arab atau Ajam tidak menjadi bangsanya; gunung atau lembah tidak menjadi tempatnya; atap rimbiya atau nipah tidak menjadi naungannya dan kain sutera atau kapas tidak menjadi sarungnya. Pendek kata, perkara-perkara tersebut tidak menjadi tandanya, lalu apa yang menjadi tandanya?.

Sebenarnya kalimat “Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah” sendiri menunjukkan firqah yang benar. Kalimah “As-Sunnah” artinya “Perjalanan” maksudnya perjalanan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya. “Al-Jamaah” artinya “Perkumpulan” yang mempunyai seorang Imam. Kalau sekiranya 2 orang mengerjakan shalat, maka satunya menjadi Imam dan yang kedua menjadi makmum, maka shalat itu dikatakan shalat berjamaah. Akan tetapi kalau tiap-tiap orang di antara beribu-ribu orang mengerjakan shalat masing-masing walaupun dalam satu masjid, maka shalat tersebut tidak boleh dikatakan shalat berjamaah, maka menurut istilah Islam, jamaah itu perlu mempunyai seorang Imam (pemimpin).

Pada hakikatnya berkenaan dengan masalah Imamat. Bagi persatuan umat Islam, maka perlu untuk kita mencari dan mendapatkan satu Imam sejati sebagai pemimpin Jamaah Islam ini. T

Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa umat Islam akan pecah dan mereka akan bercerai-berai, maka seorang Sahabat bertanya: “Bagaimana seharusnya sikap saya, wahai Rasulullah? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَلَزَّمْ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ

Ikutilah jamaah orang-orang Islam dan Imam mereka (Al-Bukhari, Juz II, hal. 181, bab Alamatun-Nubuwwah Fil-Islam).

Hadits ini menjadi suatu petunjuk penting mengenai bagaiaman sikap umat Islam ketika menghadapi berbagai kelompok di dalam Islam, yang seringkali antar satu kelompok dengan lainnya sulit dipersatukan. Yaitu pentinya mencari Imam (pemimpin) rohani yang datang dari Allah swt. Karena pemimpin itu akan membimbing umat Islam betul-betul dengan daya kekuatan dari Allah swt. Agar semangat kerohanian Islam bisa dikembalikan seperti semangat yang telah ditampilkan oleh para sahabat rasul karena mendapat bimbingan rohani yang begitu kuat dari Yang Mulia Rasulullah saw.

Kemudian berkenaan dengan Jamaah, betul bahwasanaya adalah tiap-tiap Firqah Islam sesuai dengan semangat kebenaran masing-masing, maka merasa bahwa mereka adalah Jamaah rohani yang menjadi jalan petunjuk itu. Dalam hal ini Jamaah Muslim Ahmadiyah berpendapat sesuai pandangan kami, bahwa Jamaah rohani yang dijanjikan oleh Rasululah saw. haruslah memiliki corak warna seperti corak warna utama dari Rasulullah saw. dan para sahabat beliau saw. yaitu : Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Al Hakim dan lainnya telah disebutkan tafsir Al Jama’ah:

مَا أَنَا عَلَيْهِ اليَوْمَ وَ أَصْحَابِي

“Pedoman yang aku dan para sahabatku berada di atasnya.

Seperti apakah corak utama dari Jamaah Rohani yang dibangun oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Dengan keterangan Hadis dan Al-Quranul-Majid dapatlah kita ketahui bahwa tanda-tanda Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah itu sebagai berikut :

  1. Mereka bersatu hati dan bersatu tujuan dengan mengikuti seorang Imam yang memimpin mereka dalam segala hal yang berhubungan dengan kemajuan mereka di dunia dan di akhirat. (Lihat Q.S. Al Fath/48 : 30 — Metode penomeran basmallah di awal surah dihitung sebagai ayat pertama)
  2. Mereka mengikat janji setia (Baiat) kepada pemimpin rohani mereka, sebagai bukti bahwa mereka menjalin perjanjian langsung dengan Allah swt melalui wakil-Nya. (Lihat Q.S Al-Fath/48 : 11 )
  3. Mereka demi kemajuan agama mereka, mereka melakukan pengorbanan baik itu pengorbanan harta atau jiwa (ilmu, waktu, kehidupan dll) dan pengorbanan ini dilakukan baik oleh kaum pria atau wanitanya, baik oleh yang dewasa atau yang remaja. (Lihat Q.S. Al-Hujurat/49 :16)
  4. Mereka melakukan tabligh Islam ke seluruh penjuru dunia, untuk menyebarkan nilai Islam sejati yang penuh cinta (Lihat Q.S. Ali Imran/3 : 111)

Lalu apakah nilai-nilai utama dari Jamaah tersebut ada dalam Jamaah Muslim Ahmadiyah ? Alhamdulilah, dengan karunia Allah swt keempat nilai tersebut ada. Bisa disimak urain singkat ini :

  1. Kepemimpinan rohani tunggal yang ditaati oleh seluruh ahmadi di seluruh dunia, terwujud dalam bentuk Nizam (sistem) Khilafat yang sudah berdiriri sejak 1908 (sudah berjalan lebih dari 1 abad). Dimana Khilafat Rohani bukan Khilafat Politik ini terus menyebarkan nilai Islam Rahmatan lil ‘Alamain sesuai spiriti dari Yang Mulia Rasululah saw.
  2. Setiap Ahmadi ketika bergabung kedalam Jamaah Muslim Ahmadiyah mengikat janji Baiat sesuai sunah Rasulullah saw. dan para sahabatnya.
  3. Pengorbanan harta dan jiwa selalu dilakukan oleh Muslim Ahmadi dimanapun berada. Sehingga dalam janji pemuda Ahmadiyah selalu disampaikan siap mengorbankan harta, waktu dan kehormatanku demi kepentingan agama, nusa dan bangsa. Lihatlah betapa begitu indahnya ikrar ini dimana kemuliaan agama dan bangsa dijunjung bersama.
  4. Upaya tabligh Islam hakiki yang cinta damai terus dilakukan oleh Islam Ahmadiyah. Banyak program-program dilakukan seperti upaya penerjemahan Al-Qur’an ke dalam 100 bahsa dunia, pengiriman mubaligh ke berbagai penjuru dunia. Program pendirian-pendirian masjid di negeri-negeri Barat yang mana Islam masih minoritas disana. Alhamdulillah upaya tabligh ini telah membawa Jamaah Muslim Ahmadiyah tersebar di 220 negara di seluruh dunia.

Maka sidang pembaca yang mulia. Dengan dalil-dalli dan fakta-fakta yang ada, maka jelaslah bahwa Islam Ahmadiyah layak menyebut dirinya sebagai Ahlus-Sunah wal-Jamaah

2 thoughts on “Apakah Islam Ahmadiyah adalah Ahlus-Sunah Wal-Jamaah ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *