Ada orang yang suka bertanya kepada orang-orang Ahmadiyah. Ahmadiyah bermadzhab kepada siapakah? Kepada Imam Abu Hanifahkah, Imam Malikkah, Imam Asy-Syafi’ikah atau kepada Imam Ahmad bin Hambalikah? Kalau Ahmadiyah tidak bermadzhab kepada salah satu dari 4 madzhab, maka sudah pasti Ahmadiyah sudah keluar dari Ahlis Sunnah Wal-Jamaah karena tidak berimam.
Pertama-tama perlu dipahami bahwa Jamaah Ahmadiyah sangat menghormati kedudukan para Imam Mahzab. Beliau-beliau adalah orang-orang soleh dan alim yang memberikan nafas segar bagi keilmuwan dan kerohanian Islam. Sehingga sudah seharusnya kita sebagai umat Islam menghormati dan memberikan ketakziman atas kegigihan beliau semua dalam mewarnai dan menyegarkan keilmuwan Islam.
Lalu untuk menjawab keberatan ini, maka maka lebih dulu perlu kita lihat waktu lahir dan wafatnya 4 Imam itu:
- Hadhrat Imam Abu Hanifah lahir tahun 80 H dan wafat tahun 150 Hijriyah.
- Hadhrat Imam Malik lahir tahun 95 dan wafat tahun 199 Hijriyah.
- Hadhrat Imam Syafi’i lahir tahun 150 dan wafat tahun tahun 204 Hijriyah.
- Hadhrat Imam Ahmad lahir tahun 164 dan wafat tahun 241 Hijriyah.
Sekarang saya mulai menjawab pertanyaan itu:
- Dengan tarikh-tarikh yang telah disebutkan ini, nyatalah bahwa pada 100 tahun sebelum para Imam dilahirkan, tentu tidak terdapat satu pun dari 4 madzhab tersebut. Jadi, berdasarkan pendapat orang tersebut (bahwa yang tidak ikut 4 mahzab berarti keluar dari Ahlus-Sunah Wal-Jamaah) para Sahabat Nabi saw. dan Tabi’in tidak termasuk Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah karena mereka tidak mengikuti madzhab tersebut.
Betulkah begitu? Coba kita renungkan
- Kita bertanya lagi: Apakah madzhab Imam Abu Hanifah, apakah madzhab Imam Malik, apakah madzhab Imam Syafi’i dan apakah madzhab Imam Ahmad bin Hanbal? Madzhab Imam-imam itulah madzhab Ahmadiyah! Kalau dikatakan bahwa para Imam tidak bermadzhab apa pun, maka beranikah orang tersebut mengatakan bahwa para Imam sudah keluar dari Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah?
- Bukan hanya itu, menurut keterangan Hadhrat Waliyullah Syah Muhaddats Delhi sebelum abad yang ke 4, orang-orang Islam belum mengambil keputusan untuk mengikuti madzhab apa pun. Bunyi keterangan itu demikian:
اِعْلَمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا قَبْلَ الْمِائَةِ الرَّابِعَةِ غَيْرَ مُجَمِّعِينَ عَلَى التَّقْلِيدِ الْخَالِصِ لِمَذْهَبٍ وَاحِدٍ بِعَيْنِهِ
Ketahuilah wahai saudara! Bahwa orang-orang Islam sebelum abad ke 4, belum mengambil keputusan untuk mengikuti kepada salah satu madzhab yang tertentu itu (Chujjatul-Balighah, Juz I, hal. 122).
Kalau begitu, semua orang Islam pada abad ke 4 dahulu tidak termasuk golongan Ahlus-sunnah Wal-Jamaah juga.
- Bagaimana pula Imam Mahdi dan Nabiyullah Isa ‘alaihis salam yang akan datang, apakah beliau akan bermadzhab kepada salah satu dari 4 Imam Madzhab itu ? Hal ini dikarenakan Jamaah Ahmadiyah telah beriman kepada Imam Mahdi yang dijanjikan itu.
Kalau dikatakan: Ya, beliau perlu bermadzhab juga, maka kita minta agar dikemukakan keterangan dari Al-Quranul-Majid atau keterangan Hadits atau keterangan Imam itu sendiri supaya jelas bahwa madzhab manakah yang akan diikuti oleh beliau, akan tetapi pembaca yang mulia! Para Ulama tidak sanggup mengemukakan satu keterangan pun berkenaan dengan hal itu, karena keterangan semacam itu memang tidak ada sama sekali.
Tatkala Hadhrat Ibnu Hajar Al-Haitsami ditanya: “Apakah Al-Masih akan mengikuti madzhab yang empat atau beliau akan berfatwa menurut ijtihadnya sendiri?
Syekh Ibnu Hajar menjawab:
عِيسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنَزَّهٌ عَنْ أَنْ يُقَلِّدَ غَيْرَه‘
Isa ‘alaihis salam itu suci dari mengikuti Imam-imam yang lain (Al-fatawa Al-Haditsiyah, hal. 154).
Telah disebutkan dalam (Chujajul-Kiramah, hal. 433) begini:
قَالَ السُّيُوطِيُّ فِى رِسَالَةٍ سَمَّاهَا –اْلإِعْلاَمَ- مَا حَصَلَه‘ أَنَّ مَا يُقَالُ أَنَّه‘ يَحْكُمُ بِمَذْهَبٍ مِنَ الْمَذَاهِبِ اْلأَرْبَعَةِ بَاطِلٌ لاَ أَصْلَ لَه‘
Hadhrat Imam Jalaluddin As-Suyuthi berkata dalam kitabnya “Al-I’lam” bahwa pengakuan Isa Al-Mahdi itu akan berfatwa menurut salah satu dari 4 madzhab adalah batil, tidak berdasar sama sekali.
Lebih jauh lagi, Hadhrat Imam Abdul Wahhab Asy-Sya’rani menulis dalam kitabnya:
يَخْرُجُ الْمَهْدِيُّ فَيُبْطِلُ فِى عَصْرِهِ التَّقْيِيدَ بِالْعَمَلِ بِقَوْلٍ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْمَذَاهِبِ
Apabila Mahdi keluar, maka pada masanya keterikatan dengan amalan menurut fatwa madzhab-madzhab yang dahulu adalah tidak dibenarkan (Al-Mizan, Juz I, hal. 46).
Pendek kata Hadhrat Imam Mahdi dan Al-Masih ‘alaihis salam yang dijanjikan itu pun tidak akan mengikuti madzhab-madzhab itu. Apakah beliau juga dikatakan keluar dari Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah?
- Pada akhirnya saya bertanya kepada semua orang yang berimam kepada salah satu dari 4 madzhab itu: “Apabila seorang di antara tuan-tuan mati, apakah diajarkan kepadanya dalam talqin itu?
Kalau ditanya oleh malaikat Munkar dan Nakir: Siapakah Imammu? (مَنْ إِمَامُكَ؟), bagaimana hendaknya si mati itu menjawab?. Menurut kebiasaan para guru mengajarkan jawabannya ialah: Imam saya Al-Quran (اَلْقُرْآنُ إِمَامِي), mereka tidak mengajarkan kepada si mati agar menjawab: Imam saya adalah adalah salah satu Imam dari 4 mahzab tersebut. Mengapa begitu?.
Dengan demikian tanpa sedikitpun mengurangi rasa hormat kepada para Imam Mahzab. Talqin ini menunjukkan bahwa Imam kita yang sebenarnya adalah Al-Quranul-Majid dan orang yang ditetapkan oleh Allah adalah untuk mengajarkannya.
Semua keterangan ini menjelaskan bahwa tidak ada syarat bahwa pengenapan Ahlus-Sunah Wal-Jamaah haruslah bermahdzab kepada salah satu dari 4 imam. Apalagi para pengikut Imam Mahdi, mereka itu hanya mengikuti fatwa-fatwa Imam Mahdi saja, karena fatwanya adalah Al-Quranul-Majid dan sabda-sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pendek kata, orang yang tidak bermadzhab kepada salah satu dari madzhab empat atau salah satu dari mereka itu berarti keluar dari Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah adalah suatu pendapat yang tidak berasas sama sekali.
Diintisarikan dari buku Penjelasan Ahmadiyah karya Mln. Muhammad Saddiq
Jazakamullah