Pendapat Syaikh Rasyīd Riḍā’ mengenai Hijrahnya Nabi ‘Īsā (as) ke Kashmir

نحمده ونصلي على رسوله الكريم
   بسم الله الرحمن الرحيم
وعلى عبده المسيح الموعود

Pendapat Syaikh Rasyīd Riḍā’ mengenai Hijrahnya Nabi ‘Īsāas ke Kashmir


Syaikh Rasyīd Riḍā’, murid Syaikh Muammad ‘Abduh, pengarang Tafsīr al-Manār, seorang alim yang masyhur dari Mesir pada abad 19-20 M yang juga sezaman dengan Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, arat Mīrzā Ghulām Amad Qādiānīas, mengutarakan pendapat beliau dalam tafsir yang beliau karang tentang hijrahnya dan wafatnya Nabi ‘Īsāas di Kashmir:
Perkatan Yang Menyatakan tentang Hijrahnya Nabi ‘Īsāaske Hindustan dan Kewafatan Beliau di Kota Srinagar Di Kashmir
“Dijumpai di kota Sringar (orang-orang India menulis kata nagardengan kāf yang tebal yang mirip dengan qāf dalam dialek Mesir) sebuah pekuburan yang di dalamnya terdapat makam yang agung yang dikatakan bahwa yang ada di sana sebenarnya adalah makam seorang nabi yang mendatangi negeri-negeri Kashmir pada sekitar 1900 tahun lalu yang bernama Yūz Āsaf. Dikatakan bahwa nama aslinya adalah ‘Īsā Ṣāḥib (kata Ṣāḥib di Hindustan adalah gelar pengagungan seperti gelar Afandī bagi orang-orang Turki dan gelar Mratau Miss bagi orang-orang Inggris. Dia adalah seorang nabi dari Banī Isrāīl dan dia adalah seorang putra raja. Perkataan-perkataan ini berasal dari apa yang para penduduk negeri itu ceritakan secara turun-temurun dari para pendahulu mereka dan dicatat di dalam buku-buku mereka. Para misionaris Kristen yang pergi ke tempat itu tidak dapat berkata apa-apa kecuali bahwa kubur itu adalah milik salah seorang dari antara murid-murid atau rasul-rasul Al-Masīḥas.
Ghulām Amad Al-Qādiānī Al-Hindīas telah menyebutkan hal itu secara rinci dalam bukunya yang dia namakan Al-Hudā Wa At-Tabirah Li Man Yarā dan dia menyebutkan di sana bahwa dia mencukupkan diri dalam buku itu dengan keringkasan dan bahwa perincian masalah ini dapat dijumpai dalam sebuah buku yang dikenal di sana dengan nama Ikmāl ad-Dīn dan dia menyebutkan pula di dalamnya lebih dari 70 nama penduduk negeri itu yang mengatakan bahwa kubur itu adalah kubur Al-MasīḥĪsā bin Maryamas. Dia menggambar bentuk pekuburan dengan pena.  Adapun kubur Al-Masīḥas, dia meletakkan sebuah fotograf yang tertulis atasnya, “Pekuburan ‘Īsā Ṣāḥib.”
Ghulām Amad menafsirkan kata الإيواء dalam ayat وَجَعَلْنَا ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ آيَةً وَّآوَيْنَاهُمَا إِلٰى رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّمَعِيْنٍ dengan hijrah ke Hindustan dan pelarian diri ke kota Srinagar itu di Kashmir karena kata الإيواء selalu dipergunakan untuk menunjukkan kesan الإنقاذ (pertolongan) dan التنجية (penyelamatan) dari penderitaan, kesengsaraan, musibah, dan ketakutan. Dia mengambil beberapa kesaksian dari firman Allah Taala:
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَى ﴿﴾
وَاذْكُرُوْا إِذْ أَنْتُمْ قَلِيْلٌ مُّسْتَضْعَفُوْنَ فِي الْأَرْضِ تَخَافُوْنَ أَنْ يَّتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَآوَاكُمْ وَأَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهِ وَرَزَقَكُمْ مِّنَ الطَّيِّبَاتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ﴿﴾
Dan firman-Nya mengenai cerita keturunan Nūḥas:
 قَالَ سَآوِيْ إِلٰى جَبَلٍ يَّعْصِمُنِيْ مِنَ الْمَاءِ ﴿﴾
Rabwah berarti ‘suatu tempat yang tinggi’. Negeri Kashmir adalah salah satu yang teratas di dunia dan ia memiliki sumber mata air yang mengalir dan air yang berlinang. Masyhur dalam pandangan para ahli tafsir bahwa Rabwah di sini adalah Ramlah di Palestina atau Damaskus di Suriah. Seandainya Allah mengungsikan Al-Masīḥas dan ibunya ke kedua tempat itu, niscaya kedua tempat di mana mereka berada itu tidak akan tersembunyi, apalagi jika hal itu terjadi setelah beliau menanggung peristiwa salib dan orang-orang Yahudi berkerumun lagi mengetahui beliau. Ini tidak sesuai dengan lafal الإيواء yang tidak dipergunakan, kecuali sebagai pertolongan dari sesuatu yang dibenci menunjukkan, dan tidak sesuai dengan kenyataan sebagaimana diketahui dari contoh-contoh di atas barusan dan misalnya yang lain seperti firman Allah Taala mengenai para Anṣār raiyallāhu ‘anhum:
 وَالَّذِيْنَ آوَوْا وَنَصَرُوْا ﴿﴾
Mengenai Yūsufas:
آوٰى إِلَيْهِ أَخَاهُ ۖ قَالَ إِنِّيْ أَنَا أَخُوْكَ فَلَا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ﴿﴾
Dalam ayat lain:
فَلَمَّا دَخَلُوْا عَلَىٰ يُوْسُفَ آوَىٰ إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوْا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللّٰهُ آمِنِيْنَ ﴿﴾

Dan kenyataan bahwa, sebelum orang-orang Yahudi  berkumpul dan berupaya untuk membunuh serta menyalibkan beliau, Al-Masīḥas tidak pernah berada pada satu ketakutan yang membutuhkan pengungsian (الإيواء) ke tempat yang aman darinya. Oleh karena itu, pelarian beliau ke Hindustan tidaklah bertentangan, baik secara akli maupun naqli.”

[Asy-Syaikh Muammad Rasyīd Riḍā, Tafsīr al-Manār v. 6 (Kairo: Dār al-Manār, 1367 H), hh. 42-43]

Tambahan dari buku Kisytī-e-Nūḥ (Rūḥānī Khazā’in, v. 19, h. 78) karangan arat Masīḥ Mau‘ūdas mengenai kubur arat ‘Īsāas:

Terjemahan:
Kesaksian Seorang Saksi dari Banī Isrā’īl
“Saya memberikan kesaksian bahwa Saya telah melihat sebuah gambar yang dimiliki Mīrzā Ghulām Aḥmad Ṣāḥib Qādiānī. Sesungguhnya, gambar itu benar merupakan suatu bangunan kubur dengan corak kubur Banī Isrā’īl dan itu memang merupakan kuburan pembesar Banī Isrā’īl. Saya melihat gambar itu pada hari ketika Saya menuliskan kesaksian ini, yaitu 12 Juni 1899 M.
                                                                              
Saudagar Salmān bin Yūsuf bin Yasḥāq
Saya bersaksi bahwa Salmān seorang Yahudi telah menuliskan kesaksian ini di hadapan saya.
                                                                   
Muftī Muḥammad Ṣādiq Behrawī
Pegawai Kantor Akuntan Jenderal, Lahore
Saya bersaksi kepada Allah bahwa tulisan ini ditulis oleh Salmān bin Yūsuf dan dia adalah seseorang di antara para pembesar Banī Isrā’īl.
Tanda Tangan
                                                      
Sayyid ‘Abdullāh Baghdādī
Semoga bermanfaat!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *