نحمده ونصلي على رسوله الكريم
|
بسم الله الرحمن الرحيم
|
وعلى عبده المسيح الموعود
Ādamas Manusia Pertama? Sebuah Eksposisi dari Qudwat al-Mu’arrikhīn Asy-Syahrazūrī
Al-Imām Syams-ud-Dīn Muḥammad bin Maḥmūd Asy-Syahrazūrī, murid dari Asy-Syahīd Al-Maqtūl Syaikh al-Isyrāq Syihāb-ud-Dīn As-Suharawardī, menulis pada urutan pertama dalam salah satu bukunya, Nuzhat al-Arwāḥ, mengenai biografi orang-orang bijak dan para filsuf:
أول الحكماء آدم أبو البشر عليه السلام
وكان في أول الدور الأول بعد خراب الربع المسكون بالطوفان، وهو أول من استخرج الصنائع وآلاتها وعلمها أولاده، واستخرج أيضا العلوم ودونها لأولاده، ورأيت بعض كتبه في التعفيات وبعض الصنائع والعلوم وعلم الأسماء المذكورة في قوله تعالى: وعلم آدم الأسماء كلها، وعاش دهرا طويلا، وكان رجلا فاضلا، عظيم القدر، جليل الشأن، أول أنبياء الله ورسله.
Yang Pertama dari antara Orang-Orang Bijak, Ādamas, Bapak Manusia
Beliau hidup pada awal daur pertama pasca rusaknya daratan karena banjir besar. Beliau adalah orang yang pertama kali mengeluarkan barang-barang beserta alat-alatnya dan mengajarkannya kepada anak-anak beliau. Beliau juga mengeluarkan pengetahuan-pengetahuan dan lain sebagainya bagi anak-anaknya. Saya telah melihat beberapa tulisan beliau dalam hikayat-hikayat masa lampau dan juga beberapa pengetahuan, barang, dan ilmu beliau akan nama-nama yang diajarkan Tuhan yang tersebut dalam ayat, “Dan Dia mengajarkan semua nama kepada Ādamas.” Beliau hidup dalam masa yang panjang. Beliau merupakan seorang yang mulia, berkedudukan agung, berstatus luhur, dan yang pertama dari antara para nabi dan rasul Allah.[1]
Dalam keterangan ini, ada beberapa hal menarik yang akan Saya ketengahkan:
Pertama adalah perkataan أول الدور الأول atau ‘awal dari daur pertama’. Daur pertama di sini sejatinya mengisyaratkan kepada sebuah hadis:
حدثنا أبو إسحاق إبراهيم بن عبد اللّٰه البلخي؛ ثنا أحمد بن محمد؛ حدثنا حمزة بن داود؛ حدثنا عمر بن يحيى؛ حدثنا العلاء بن زيد؛ عن أنس رضي اللّٰه عنه، قال: قال رسول اللّٰه صلى اللّٰه عليه وسلم: عُمْرُ الدُّنْيَا سَبْعَةُ أَيَّامٍ مِّنْ أَيَّامِ الْآخِرَةِ.
“Abū Isḥāq bin Ibrāhīm bin ‘Abdullāh Al-Balkhī menceritakan kepada Kami; Aḥmad bin Muḥammad menceritakan kepada Kami; Ḥamzah bin Dāwūd menceritakan kepada Kami; ‘Umar bin Yaḥyā menceritakan kepada Kami; Al-‘Alā bin Zaid menceritakan kepada Kami; dari Ḥaḍrat Anasra, beliau berkata: Ḥaḍrat RasūlullāhSAW bersabda: Umur dunia adalah 7 hari dari hari-hari akhirat.”[2]
Dalam Alquran, Allah Taala berfirman:
وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّوْنَ ﴿﴾
“Sesungguhnya, satu hari di sisi Tuhanmu seperti 1.000 tahun dari apa yang kamu hitung.”[3]
Jadi, maksud dari ‘daur pertama’ adalah 1.000 tahun pertama dari 7.000 tahun[4]. Ādamas hadir pada permulaan dari 1.000 tahun pertama itu sebagai khalifah atau penerus dari generasi sebelum beliau yang, menurut Asy-Syahrazūrī, telah rusak karena banjir besar. Artinya, sebelum Ādamas sudah terdapat generasi manusia yang mendiami bumi seeperti yang diisyaratkan dalam kata الربع المسكون. Kata المسكون berasal dari kata سكن yang berarti ‘mendiami’, ‘menempati’, atau ‘meninggali’ sebagaimana terdapat dalam Kalam Ilahi:
وَإِذْ قِيْلَ لَهُمُ اسْكُنُوْا هٰذِهِ الْقَرْيَةَ ﴿﴾
“Dan ketika dikatakan kepada mereka, ‘Tinggallah di kota ini.’”[5]
وَاللّٰهُ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ بُيُوْتِكُمْ سَكَنًا ﴿﴾
“Dan Allah menjadikan dari rumah-rumahmu tempat tinggal.”[6]
Dengan demikian, Ādamas adalah pelopor peradaban baru bagi generasi sesudah beliau. Beliau bukanlah manusia pertama yang darinya lahir manusia-manusia sampai hari ini. Beliau adalah salah satu dari antara mereka yang tersisa dari generasi yang rusak itu atau beliau adalah salah satu dari keturunan mereka. Kita tidak dapat mengetahui siapa ayah-ibu beliau karena tidak ada keterangan yang dapat kita andalkan. Namun, satu hal yang pasti, beliau adalah salah seorang dari generasi itu atau setidaknya salah seorang keturunan mereka. Ini dengan jelas juga menunjukkan bahwa manusia yang hidup pada hari ini tidak hanya anak-cucu Ādamas, tetapi juga keturunan-keturunan dari generasi sebelum Ādamas. Ini diterangkan oleh Ḥaḍrat Khalīfat-ul-Masīḥ IIra dalam At-Tafsīr al-Kabīr seraya mengutip ayat-ayat berikut:
وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ ﴿﴾
“Dan Dialah yang telah menjadikan kamu khalifah-khalifah bumi.”[7]
هُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ ﴿﴾
“Dan Dia-lah yang telah menjadikan kamu khalifah-khalifah di bumi.”[8]
ثُمَّ جَعَلْنَاكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ﴿﴾
“Kemudian, Dia telah menjadikanmu khalifah-khalifah di bumi.”[9]
وَجَعَلْنَاهُمْ خَلَائِفَ ﴿﴾
“Dan Dia telah menjadikan mereka khalifah-khalifah.”[10]
وَاذْكُرُوْا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ ﴿﴾
“Dan ingatlah ketika Dia menjadikanmu khalifah-khalifah!”[11]
وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ ﴿﴾
“Dan Dia menjadikanmu khalifah-khalifah.”[12]
Yakni, seandainya semua manusia yang hidup pada saat ini adalah keturunan Ādamas belaka, niscaya yang dipergunakan adalah bentuk mufrad خليفة bukan خلائف atau خلفاء karena bentuk mufrad menunjukkan kebersatuan umat manusia sebagai keturunan Ādamas secara tunggal, sedangkan bentuk jamak menunjukkan bahwa masing-masing manusia merupakan khalifah bagi leluhurnya sendiri[13].
Ini diperkuat oleh sebuah kasyaf yang dialami Asy-Syaikh Al-Akbar Muḥy-id-Dīn Ibnu ‘Arabīrh:
ولقد أراني الحق تعالى فيما يراه النائم، وأنا طائف بالكعبة مع قوم من الناس لا أعرفهم بوجوههم، فأنشدونا بيتين ثبت على البيت الواحد ومضى عني الآخر، فكان الذي ثبت عليه من ذلك: لقد طفنا كما طفتم سنينا، بهذا البيت طرا أجمعينا، وخرج عني البيت الآخر، فتعجبت من ذلك فقال لي واحد منهم وتسمى لي باسم لا أعرف ذلك الاسم، ثم قال: لي أنا من أجدادك، قلت له: كم لك منذ مت؟ فقال لي: بضع وأربعون ألف سنة، فقلت له: فما لآدم هذا القدر من السنين، فقال لي: عن أي آدم تقول؟ عن هذا الأقرب إليك أو عن غيره؟ فتذكرت حديثا عن رسول اللّٰه صلى اللّٰه عليه وسلم: إِنَّ اللّٰهَ خَلَقَ مِائَةَ أَلْفِ آدَمَ. قد يكون ذلك الجد الذي نسبني إليه من أولئك.
“Allah Taala telah memperlihatkan kepadaku dalam sebuah mimpi bahwa Aku sedang melaksanakan tawaf mengelilingi Kakbah bersama suatu kaum yang jika dilihat dari wajah mereka, Aku tidak mengenal mereka. Mereka menyenandungkan dua bait syair yang Aku ingat bait pertamanya dan lupa bait keduanya. Bait pertama yang Aku ingat itu berbunyi, ‘Sungguh, Kami semua telah bertahun-tahun bertawaf di Rumah ini bersama-sama sebagaimana Kalian juga sama-sama telah bertawaf.’ Adapun bait kedua, hal itu keluar dari ingatanku. Aku pun menjadi kaget karenanya. Salah seorang dari antara mereka berkata kepadaku dan memperkenalkan dirinya kepadaku dengan suatu nama yang Aku tidak kenali nama itu lalu berkata kepadaku, ‘Aku adalah salah seorang dari antara leluhurmu.’ Aku pun bertanya, ‘Sudah berapa lama waktu berlalu sejak Engkau meninggal?’ Dia menjawab, ‘Sekitar 40.000 tahun.’ Aku seketika berkata, ‘Ādamas tidak sampai pada cakupan tahun ini.’ Bertanyalah dia kepadaku: Ādam yang mana yang Engkau perbincangkan? Apakah Ādam yang terdekat atau Ādam yang lain?’ Lantas, teringatlah Aku akan sebuah hadis Ḥaḍrat RasūlullāhSAW, “Sesungguhnya Allah telah menciptakan 100.000 Ādam.’ Leluhur yang menasabkan diriku kepadanya mungkin termasuk dalam Ādam-Ādam itu.”[14]
Ada juga sebuah riwayat dari sebuah kitab Syī‘ah yang bernama Al-Khiṣāl yang dikarang Syaikh Aṣ-Ṣadūq bahwa Imam Abū Ja‘far Muḥammad bin ‘Alī Al-Bāqirrh mengatakan:
لعلك ترى أن اللّٰه عز وجل إنما خلق هذا العالم الواحد وترى أن اللّٰه عز وجل لم يخلق بشرا غيركم. بل واللّٰه! لقد خلق اللّٰه تبارك وتعالى ألف ألف عالم وألف ألف آدم، أنت في آخر تلك العوالم وأولئك الآدميين.
“Mungkin Engkau menyangka bahwa Allah hanya menciptakan alam yang satu ini dan mungkin Engkau juga menyangka bahwa Allah tidak menciptakan manusia selain dirimu. Akan tetapi, demi Allah! Bahkan, Allah Tabaraka Wa Taala telah menciptakan satu juta alam dan satu juta Ādam. Kamu berada pada akhir dari alam-alam dan Ādam-Ādam itu.”[15]
Ḥaḍrat Mīrzā Basyīr-ud-Dīn Maḥmūd Aḥmadramengomentari kasyaf Ibnu ‘Arabīrh yang pada beberapa poin sepakat dengan perkataan Al-Bāqirrh di atas itu sebagai berikut:
“Dipahami dari kasyaf ini bahwa Ādamasyang diberikan kepadanya wahyu dan yang dinasabkan kepadanya Banī Ādam pada hari ini bukanlah Ādam yang pertama, bahkan beliau adalah yang terakhir dari antara Ādam-Ādam. Demikian juga, tampak darinya bahwa kata Ādamterkadang dapat digunakan sebagai suatu sifat yang bermakna ‘leluhur terbesar’. Wujud manusia telah eksis semenjak masa terkuno dan daur yang dimaksud dalam hadis-hadis sampai 7.000 tahun saja adalah daur Ādam yang terakhir, bukan seluruh daur manusia.”[16]
Kedua adalah berkenaan dengan kata الربع المسكون yang Saya terjemahkan menjadi ‘daratan’. Kata الربع sejatinya berarti ‘seperempat’. Maksudnya adalah seperti yang diterangkan oleh penulis Mu‘jam al-Buldān bahwa ¾ bumi terbenam di dalam air alias berisi lautan dan ¼ lainnya مكشوف yang berarti ‘tidak tertutupi’ atau ‘terekspos’ alias daratan. Beberapa bagian dari daerah yang مكشوف ini معمور atau مسكون yang berarti ‘ditinggali’[17]. Jadi, dari sinilah kata الربع المسكون berasal.
Ketiga adalah peristiwa banjir besar yang merusak generasi sebelum Ādamas. Ini mungkin dan dapat dipastikan mengarah kepada Persian-Gulf Flooding yang terjadi sekitar 7.500-8.000 tahun lalu.
Penjelasannya adalah sebagai berikut. Sejak 100.000 tahun lalu di tempat yang sekarang dikenal dengan nama Teluk Persia, terdapat sebuah oase yang menunjang kehidupan bagi peradaban manusia yang tinggal di sepanjang tepinya, terlebih lagi disuplai oleh Sungai Tigris, Sungai Eufrat, Sungai Karun, dan Sungai Wadi Batin. Peradaban manusia di sana sudah cukup maju. Rumah-rumah batu permanen sudah dibangun, jaringan perdagangan jarak jauh sudah tersedia, barang-barang atau kerajinan-kerajinan dari tembikar yang didesain rapi dan dihias sudah ada, hewan-hewan ternak peliharaan sudah eksis, bahkan perahu kuno juga sudah dibuat. Namun, pada sekitar 8.000 tahun lalu, Samudera Hindia meluap dan menenggelamkan peradaban manusia yang bermukim di sepanjang tepi dari oase itu hingga tidak tersisa sama sekali karena mereka semua terbenam ke dasar samudera.[18]
Keempat adalah bahwa Ādamas merupakan orang yang pertama kali mengeluarkan barang-barang dan perkakas-perkakasnya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan hal ini? Ini kembali kepada kata استخرج. Dalam sebuah kamus, ada tersebut:
استخرجت الشيئ من المعدن.
“Aku mengeluarkan sesuatu dari tambang, yakni Aku membersihkannya dari debu-debunya.”[19]
Ini menunjukkan bahwa barang dan perkakas yang dikeluarkan oleh Ādamas tadinya terpendam sangat lama. Ini tampak cocok dengan peradaban di Teluk Persia tadi. Terlebih lagi, Alkitab memberi keterangan bahwa Taman Eden di mana Ādamas hidup dikelilingi oleh sebuah sungai yang terbagi menjadi 4 cabang yang keduanya adalah Tigris dan Eufrat[20]. James Hastings menyebutkan bahwa setidaknya ada tiga pendapat dari para sarjana Alkitab mengenai lokasi Taman Eden, tetapi semua pendapat itu tidak terlepas dari sekitar Teluk Persia[21]. Bisa kita simpulkan bahwa barang-barang dan alat-alat yang dikeluarkan oleh Ādamassangat mungkin berasal dari peradaban yang hilang itu.
Ada satu lagi makna dari kata استخرج yang masih berhubungan dengan penjelasan di atas sebagaimana diterangkan oleh pengarang Lisān al-‘Arab:
استخرجت الأرض: أصلحت للزراعة والغراسة.
“Yakni, tanah dipersiapkan dan diperbagus untuk pertanian dan percocok-tanaman.”[22]
Kaitannya dengan Taman Eden adalah bahwa Taman Eden dikenal sebagai simbol bagi suatu tempat yang sangat subur[23]. Jadi, menurut keterangan ini, profesi Ādamas adalah petani dan mungkin juga barang dan perkakas yang didapat Ādamas adalah alat-alat pertanian sebab peradaban yang hilang tadi juga dikenal sudah pandai bercocok tanam. Keahlian ini, dengan bimbingan Tuhan, beliau turunkan dan ajarkan kepada anak-anak beliau.
Mungkin timbul pertanyaan bahwa bagaimana bisa suatu wilayah yang pernah dilanda banjir besar dapat menjadi subur kembali? Jawabannya adalah, melihat rentang waktu antara Persian-Gulf Flooding dan kehadiran Ādamas, hal itu sangat memungkinkan. Sebagaimana sudah disebutkan di atas, Persian-Gulf Flooding terjadi sekitar 7.500-8.000 tahun lalu. Adapun rentang waktu dari Ādamas sampai wahyu pertama yang diterima Nabi MuḥammadSAW menurut penganggalan matahari, jumlahnya adalah 4.598 tahun. Ini didasarkan pada wahyu yang diterima Ḥaḍrat Mīrzā Ghulām Aḥmad Al-Qādiānīas[24]. Para ahli sejarah sepakat bahwa wahyu pertama Nabi SuciSAW turun pada tahun 610 M. Jadi. Berdasarkan keterangan-keterangan ini, didapatlah angka bahwa menurut kalender solar, Ādamas hadir ke dunia 6.002 tahun lalu. Antara 6.002 dan 7.500-8.000 terdapat rentang waktu 1.000-1.500 tahun. Oleh karena itu, proses-proses alam yang terjadi dalam rentang waktu seperti itu lebih dari cukup untuk membuat tempat tinggal Ādamas yang sangat mungkin tadinya terkena dampak Persian-Gulf Flooding subur dan fertil kembali.
Kelima adalah tentang nama-nama yang Allah Taala ajarkan kepada Ādamas. Menurut Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūdas, nama-nama yang pertama kali diajarkan kepada Ādamas adalah ‘Muḥammad’ dan ‘Aḥmad’. Beliau bersabda:
وَالصَّلوٰةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى الرَّسُوْلِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ مُحَمَّدٍ أَحْمَدَ الَّذِيْ اسْمَاهُ هٰذَانِ أَوَّلُ أَسْمَاءٍ عُرِضَتْ عَلٰى آدَمَ، وَبِمَا كَانَا عِلَّةً غَائِيَّةً لِلنَّشْأَةِ الْأُوْلٰى وَكَانَا فِيْ عِلْمِ اللّٰهِ أَشْرَفَ وَأَقْدَمَ.
“Selawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Sang Rasul, Nabi Ummi, Muḥammad, Aḥmad, yang kedua nama beliau ini adalah yang pertama dari antara nama-nama yang dilimpahkan kepada Ādam karena keduanya adalah tujuan terakhir bagi kehidupan di dunia dan karena keduanya dalam ilmu Allah merupakan yang paling mulia dan yang paling utama.”[25]
Keenam adalah tentang usia Nabī Ādamas. Ibnu Katsīr menukil riwayat Imam Aḥmad bin Ḥanbal yang terdapat di dalam Al-Musnad:
حدثنا عفان؛ ثنا حماد بن سلمة؛ عن علي بن زيد، عن يوسف بن مهران، عن بن عباس، أنه قال: لما نزلت آية الدين قال رسول اللّٰه صلى اللّٰه عليه وسلم: إِنَّ أَوَّلَ مَنْ جَحَدَ آدَمُ! إِنَّ أَوَّلَ مَنْ جَحَدَ آدَمُ! إِنَّ اللّٰهَ لَمَّا خَلَقَ آدَمَ مَسَحَ ظَهْرَهُ، فَأَخْرَجَ مِنْهُ مَا هُوَ ذَارِئٌ إِلٰى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، فَجَعَلَ يُعْرِضُ ذُرِيَّتَهُ عَلَيْهِ، فَرَأَى فِيْهِمْ رَجُلًا يَّزْهَرُ، فَقَالَ: أَيْ رَبِّ! مَنْ هٰذَا؟ قَالَ: هٰذَا ابْنُكَ دَاوُدُ. قال: أَيْ رَبِّ! كَمْ عُمْرُهُ؟ قَالَ: سِتُّوْنَ عَامًا. قَالَ: رَبِّ! زِدْ فِيْ عُمْرِهِ! قَالَ: لَا! إِلَّا أَنْ أَزِيْدَهُ مِنْ عُمْرِكَ. وَكَانَ عُمْرُ آدَمَ أَلْفَ عَامٍ، فَزَادَهُ أَرْبَعِيْنَ عَامًا، فَكَتَبَ اللّٰهُ عَلَيْهِ بِذٰلِكَ كِتَابًا، وَأَشْهَدَ عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةَ. فَلَمَّا احْتُضِرَ آدَمُ أَتَتْهُ الْمَلَائِكَةُ لِتَقْبِضَهُ، قَالَ: إِنَّهُ قَدْ بَقِيَ مِنْ عُمُرِيْ أَرْبَعُوْنَ عَامًا. فَقِيْلَ لَهُ: إِنَّكَ قَدْ وَهَبْتَهَا لِابْنِكَ دَاوُدَ. قَالَ: مَا فَعَلْتُ. وَأَبْرَزَ اللّٰهُ عَلَيْهِ الْكِتَابَ وَشَهِدَتْ عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ.
“‘Affān menceritakan kepada Kami; Ḥammād bin Salamah menceritakan kepada Kami; dari ‘Alī bin Zaid; dari Yūsuf bin Mihrān; dari Ḥaḍrat Ibnu ‘Abbāsra, bahwa beliau berkata: Ketika ayat tentang hutang turun kepada Ḥaḍrat RasūlullāhSAW, beliau bersabda: Sesungguhnya orang yang pertama kali mengingkari adalah Ādam. Sesungguhnya, orang yang pertama kali mengingkari adalah Ādamas! Sesungguhnya, orang yang pertama kali mengingkari adalah Ādamas! Sesungguhnya, ketika Allah menciptakan Ādam, Dia mengusap punggung beliau dan mengeluarkan darinya apa yang Dia ciptakan sebagai hingga hari kiamat. Kemudian, Ādamas melihat seseorang di antara mereka yang berkilau-kilau. Ādamas pun bertanya: Wahai Tuhanku! Siapakah dia ini? Allah menjawab: Dia ini adalah putramu, Dāūdas. Ādamaskembali bertanya: Wahai Tuhanku! Berapakah usianya? Allah menjawab: Enam puluh tahun. Kemudian, Ādamas berkata: Wahai Tuhanku! Tambahkanlah usianya! Allah menjawab: Tidak, kecuali ditambahkan dari usiamu. Usia Ādamas adalah 1.000 tahun. Lantas, Allah menambahkan usia Dāūdas 40 tahun lalu mencatatkan hal itu untuk beliau dalam sebuah kitab dan menyuruh malaikat menyaksikannya. Ketika Ādamas sampai pada batas umurnya dan malaikat datang untuk mencabut nyawanya, Ādam pun bertanya: Sesungguhnya, usiaku masih tersisa 40 tahun. Lantas, dikatakan kepadanya: Sesungguhnya, Engkau telah berikan itu kepada putramu, Dāūdas. Ādamas pun berkata: Aku tidak melakukannya. Kemudian, Allah menampakkan kepada beliau kitab itu dan malaikat bersaksi atasnya.”[26]
Banyak orang berdalil dengan hadis di atas bahwa usia Ādamas adalah 1.000 tahun, padahal hadis itu lemah karena di sana ada seorang perawi yang lemah: ‘Alī bin Zaid. Berikut ini Saya kutip komentar para imam ahli hadis mengenainya yang diambil dari Mīzān al-I‘tidāl[27]:
Ulama
|
Komentar
|
Terjemahan
|
Sufyān bin ‘Uyainah
|
يضعفه.
|
Melemahkannya.
|
Ḥammād bin Zaid
|
كان يقلب الحديث.
|
Membolak-balikkan hadis.
|
Yaḥyā bin Sa‘īd Al-Qaṭṭān
|
كان يتقي الحديث عن علي بن زيد.
|
Menakuti hadis darinya.
|
Yazīd bin Zurai‘
|
رافضيا.
|
Rāfiḍī.
|
Aḥmad bin Ḥanbal
|
ضعيف.
|
Lemah.
|
Yaḥyā bin Ma‘īn
|
ليس بشيئ.
|
Bukan apa-apa.
|
Al-‘Ijlī
|
كان يتشيع وليس بالقوي.
|
Ber-tasyayyu‘ dan tidak kuat.
|
Abū Ḥātim Ar-Rāzī
|
لا يحتج به.
|
Tidak dapat dijadikan hujah.
|
Al-Bukhārī
|
لا يحتج به.
|
Tidak dapat dijadikan hujah.
|
Al-Fasawī
|
اختلط في كبره.
|
Ingatannya becampur di hari tuanya.
|
Ibnu Khuzaimah
|
لا أحتج به لسوء حفظه.
|
Tidak dapat dijadikan hujah karena ingatannya yang buruk.
|
Dengan demikian, pendapat mereka terpatahkan karena lemahnya hadis yang mereka jadikan hujah.
Lantas, berapa sebenarnya umur Ādamas? Kita tidak dapat mengetahui secara pasti bersebab ketidakadaan dalil dari Alquran dan hadis. Namun, jika Kita menggunakan metode qiyās adnā, dapat dipastikan bahwa beliau tidaklah mencapai usia sepanjang ini. Ḥaḍrat Muṣliḥ Mau‘ūdramenyatakan dalam At-Tafsīr al-Kabīr di bawah Surah Al-‘Ankabūt ayat 15[28]bahwa Nabi Nūḥas tidak mencapai usia 950 tahun secara jasmani, tetapi 950 tahun itu adalah usia dari syariat yang beliau bawa hingga kedatangan Abū al-Anbiyā’ Ibrāhīmas. Dengan demikian, yakni dengan metode qiyās adnā atau membandingkan sesuatu yang nilainya lebih rendah dengan sesuatu yang nilainya lebih tinggi berdasarkan suatu ‘illat(dalam konteks ini adalah kepanjangan usia), dapat dipastikan bahwa Nabi Ādamasyang usiannya tidak tersebut secara eksplisit di dalam Alquran dibandingkan dengan Nabi Nūhas yang tersebut secara eksplisit tidak mencapai usia sepanjang 1.000 tahun.
Ketujuh adalah bahwa Ādamas adalah nabi dan rasul pertama. Sebagian orang menyangka bahwa beliau memang merupakan nabi pertama, tetapi bukan rasul pertama. Rasul pertama, menurut mereka, adalah Nūḥas. Hal ini sudah Saya bahas pada salah satu poin dalam karangan saya yang berjudul Pembahasan Klasik Tentang Nabi dan Rasul.
Semoga semua ini bermanfaat bagi kita semua!
هذا من فضل ربي فالحمد للّٰه على ذلك
[1] Syams-ud-Dīn Muḥammad bin Maḥmūd Asy-Syahrazūrī, Nuzhat al-Arwāḥ Wa Rauḍat al-Afrāḥ Fī Tārīkh al-Ḥukamā’ Wa al-Falāsifah, vol. 1 (Hyderabad: Maṭba‘ah Majlis Dā’irat Al-Ma‘ārif Al-‘Utsmāniyyah, 1976 M/1396 H), hlm. 48.
[2] Abū al-Khair Muḥammad bin ‘Abd-ir-Raḥmān As-Sakhāwī, Al-Maqāṣid al-Ḥasanah Fī Bayāni Katsīrin Min al-Aḥādīts al-Musytahirah ‘Alā al-Alsinah(Beirut: Dār Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1979 M/1379 H), hlm. 444.
[3] Q.S. 22:48.
[4] Ḥaḍrat Khātam-ul-Khulafā’ Mīrzā Ghulām Aḥmadasmembagi 7.000 tahun itu menjadi 7 yang masing-masing berisi 1.000 tahun, di mana 1.000 tahun untuk kebaikan dan 1.000 tahun keburukan saling berselang-seling. Berikut ini adalah perinciannya:
- 1.000 tahun pertama adalah periode kebaikan, tidak ada tanda dari penyembahan berhala;
- 1.000 tahun kedua adalah periode ketika syirik mulai berakar, merajalela, dan menyebar ke seluruh penjuru;
- 1.000 tahun ketiga adalah periode penyegaran tauhid di seluruh dunia;
- 1.000 tahun keempat adalah ketika kegelapan kembali tampak, di dalamnya Banī Isrā’īl menjadi sesat dan Kekristenan mati sejak awal;
- 1.000 tahun kelima adalah periode kedatangan dan kehadiran Sayyidunā Khātam-un-Nabiyyīn Muḥamad Al-MuṣṭafāSAW. Periode ini sudah ditetapkan sejak zaman bihari sebagai zaman hidayah;
- 1.000 tahun keenam adalah periode kegelapan dan kedurjanaan. Nabi MuḥmmadSAW menjuluki orang-orang yang berada pada milenium ini sebagai al-faij al-a‘waj atau ats-tsabaj al-a‘waj;
- 1.000 tahun ketujuh adalah periode kebangkitan Imām Mahdī dan Masīḥ Mau‘ūd yang juga merupakan Mujaddid A‘ẓam. Melalui beliaulah kekuatan setan akan dibinasakan sampai selama-lamanya.
[Ḥaḍrat Mīrzā Ghulām Aḥmadas, Lecture Sialkot (Surrey: Islam International Publications Limited, 2007), hh. 8-9.
[5] Q.S. 7:162.
[6] Q.S. 16:81.
[7] Q.S. 6:166.
[8] Q.S. 35:40.
[9] Q.S. 10:15.
[10] Q.S. 10:74.
[11] Q.S. 7:70.
[12] Q.S. 27:63.
[13] Ḥaḍrat Mirzā Basyīr-ud-Dīn Maḥmūd Aḥmadra, At-Tafsīr al-Kabīr, vol. 1 (Surrey: Ash-Shirkatul Islamiyyah, 2006 M/1427 H), hlm. 207.
[14] Ibnu ‘Arabī, Al-Futūḥāt Al-Makkiyyah, vol. 6 (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1990 M/1420 H), hlm. 369.
[14]
[15] Al-Khiṣāl, Bāb al-Wāḥid Ilā al-Mi’āh, no. 54.
[16] Ḥaḍrat Mirzā Basyīr-ud-Dīn Maḥmūd Aḥmadra, op.cit., hlm. 221.
[17] Asy-Syaikh Yāqūt bin ‘Abdillāh Al-Ḥamawī, Mu‘jam al-Buldān, vol. 1, (Beirut: Dār Ṣādir, 1977 M/1397 H), hlm. 25.
[19] Edward William Lane, An Arabic-English Lexicon(Beirut: Librairie Du Libnan, 1968), hlm. 719.
[20] Kejadian 2:14.
[21] James Hastings, Dictionary of The Bible (New York: Charles Scribner’s Sons, 1909), hlm. 202-203.
[22] Abū al-Faḍl Jamāl-ud-Dīn bin Muḥammad Al-Ifrīqī, Lisān al-‘Arab vol. 2, Beirut: Dār Ṣādir, 1300 H), hlm. 250.
[23] James Hastings, op.cit.., hlm. 203.
[24] Ḥaḍrat Mīrzā Ghulām Aḥmadas, Toḥfa-e-Golerwiyya dalam Rūḥānī Khazā’in, vol. 17, (Surrey: Islam International Publications Limited, 2009), hlm. 247.
[25] Ḥaḍrat Mīrzā Ghulām Aḥmadas, Najm al-Hudā dalam Rūḥānī Khazā’in, vol. 14 (Surrey: Islam International Publications Limited, 2009), hlm. 3.
[26] Abū al-Fidā’ Ismā‘īl bin Katsīr Ad-Dimaysqī, Al-Bidāyah Wa an-Nihāyah, vol. 1 (Damaskus: Dār Ibni Katsīr, 2010 M/1431 H), hlm. 138.
[27] Syams-ud-Dīn Muḥammad bin Aḥmad Adz-Dzahabī, Mīzān al-I‘tidāl Fī Naqd ar-Rijāl, vol. 15 (Beirut: Dār Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1995 M/1416 H), hlm. 157.
[28] Ḥaḍrat Mirzā Basyīr-ud-Dīn Maḥmūd Aḥmadra, At-Tafsīr Al-Kabīr, vol. 7 (Surrey: Ash-Shirkatul Islamiyyah, 2006 M/1427 H), hlm. 693.
Masya Allah. Alhamdu lillah. Menulis artikel ini makan berapa hari, Iffat?
Kalau tidak salah 4 hari, Pak. Saya lagi sakit hari-hari ini.