Oleh : Sajid Mahmood Buter
Terjemah oleh : Chalid Mahmood Ahmad
Allah Ta’ala di dalam Alquran Karim telah menjelaskan salah satu bukti lain dari kebenaran para utusan yang datang dari Allah Ta’ala, yaitu orang-orang yang mengada-adakan dusta atas wujud Allah Ta’ala akan selalu mengalami kegagalan dan sia-sia, tidak ada yang pernah mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan dalam usaha dustanya tersebut.[1] Allah Ta’ala di dalam Alquran telah menyebutkan nasehat Hadhrat Musa as yang beliau berikan kepada kaumnya, berfirman:
قَالَ لَهُمْ مُوسَى وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى (طه 62)
“Musa berkata kepada mereka, “Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan dusta terhadap Allah Swt, maka Dia membinasakan kamu dengan azab ; dan sesungguhnya telah gagal orang yang mengada-adakan (dusta).”
Allah Ta’ala di dalam Alquran telah menjelaskan keadaan dan kejadian para utusan Allah swt. sebagai nasehat dan pelajaran sehingga kita bisa medapatkan pelajaran darinya dan agar kita bisa berjalan di atas jalan yang lurus. Oleh karena itu, di dalam ucapan Hadhrat Musa as ini ada sebuah pelajaran yang sangat luar biasa, yaitu orang yang mengada-adakan dusta atas wujud Allah Ta’ala, mereka sendiri yang akan binasa karena azab yang datang dari Allah Ta’ala, azab tersebut akan menghancurkan dan membinasakan mereka, dan mereka akan selalu gagal serta sia-sia dalam usaha mereka.
Dengan memperhatikan ayat Alquran tersebut, kita lihat bahwa Hadhrat Masih Mauud – Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as telah menyatakan bahwa ada ribuan ilham yang beliau terima dari Allah Ta’ala selama kehidupan beliau. Sekarang, jika ilham-ilham tersebut bukanlah berasal dari Allah Ta’ala, maka tentu saja beliau adalah seorang pendusta besar terhadap Allah Ta’ala (na’uudzubillaah min dzaalik) dan hukuman bagi seorang pendusta adalah mereka akan binasa, selalu gagal, maksud-maksud mereka tidak akan pernah berhasil dan mereka akan selalu merugi sebagaimana yang telah Allah Ta’ala jelaskan dalam ayat tersebut. Jadi, di satu sisi Hadhrat Masih Mau’ud as mendakwakan ribuan ilham yang didapatkan dari Allah Ta’ala, di sisi yang lainnya jemaat beliau tidak pernah hancur dan binasa meskipun ada ribuan penentangan yang dilancarkan bahkan selalu meraih kemajuan pada pagi dan malamnya, ini semua membuktikan bahwa beliau bukanlah seorang pendusta terhadap wujud Allah Ta’ala, karena jika (na’uudzubillaah) beliau adalah seorang pendusta maka pesan yang beliau bawa tentu sudah binasa dan lenyap sejak dulu kala.
Berkenaan dengan gagal dan sia-sianya usaha para pendusta, Allah Ta’ala telah berulang-ulang menjelaskannya di dalam Alquran. Beberapa dari ayat-ayat tersebut tercantum di bawah ini:
إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ (النحل 117)
“Sesungguhnya, orang-orang yang mengada-ada dusta terhadap AllahSwt tidak akan memperoleh kemenangan.”
فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ (يونس 18)
“Maka siapakah yang lebih aniaya dari orang yang mengada-ada dusta terhadap Allah swt. atau mendustakan Tanda-tanda-Nya? Sesungguhnya tidak akan sukses orang-orang yang berdosa.”
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ (الأَنعام 22)
“Dan, siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang mengada-ada kedustaan terhadap Allahswt. atau mendustakan tanda-tanda-Nya? Sesungguhnya orang-orang aniaya itu tidak akan berhasil.”
Di dalam semua ayat yang dicantumkan di atas, orang yang berdusta terhadap Allah Ta’ala telah disebut sebagai orang yang paling zalim dan aniaya. Tentang perlakuan Allah kepada orang-orang yang zalim, Dia berfirman:
أَلَا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ (هود 19)
“Ingatlah, laknat Allah swt. atas orang yang aniaya.”
أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ وَمَنْ يَلْعَنِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ نَصِيرًا (النساء 53)
“Inilah orang-orang yang mereka dilaknat Allah swt., dan barangsiapa dilaknat Allah swt. maka engkau tidak akan memperoleh baginya seorang penolong.”
Semua ayat-ayat yang telah dijelaskan di atas membuktikan bahwa para pendusta atas wujud Allah akan selalu gagal, merugi dan sia-sia. Jadi, pendakwaan pengutusan Hadhrat Masih Mau’ud as dan tidak binasanya jemaat beliau meskipun telah ditimpa berbagai macam badai dan topan penentangan dari para musuh bahkan jemaat beliau terus mendapatkan kemajuan setiap harinya, semua ini membuktikan bahwa pendiri Jemaat Ahmadiyah – Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Masih Mau’ud dan Imam Mahdi – bukanlah seorang pendusta terhadap Allah, karena jika beliau adalah pendusta, maka sesuai dengan ayat-ayat tersebut Jemaat Ahmadiyah tidak akan bisa ada di dunia ini dan tujuan-tujuan dari beliau pasti akan menjadi gagal, merugi dan sia-sia.[2]
Catatan kaki ditambahkan oleh penerjemah
[1] Bertentangan dengan pertolongan yang didapatkan oleh utusan Allah yang benar, orang-orang yang mendakwakan kenabian palsu malah akan mendapatkan kegagalan dan kehinaan serta hukuman yang sangat berat dari Allah Ta’ala. Secara logika kita sendiri bisa bayangkan permisalannya sebagai berikut, ada seseorang yang datang ke suatu daerah dan menyatakan bahwa dirinya telah diutus oleh sang raja untuk menjadi wakilnya di daerah tersebut, namun ia tidak memiliki surat perintah atau lisensi untuk hal itu, terlebih lagi tidak ada dukungan dan bantuan dari sang raja tersebut sebagaimana seharusnya seorang wakil raja. Tentu saja ketika sang raja mengetahui hal ini, ia pasti merasa geram dan marah karena kekuasaannya sudah disalah gunakan oleh seorang penipu. Sebagai ganjarannya, raja malah akan memberikan hukuman yang sangat berat bagi penipu tersebut dan ia pasti akan mendapatkan kehinaan. Demikian juga dengan perlakuan Allah Ta’ala kepada para pendusta yang mengaku-aku mendapatkan mandat dari Allah padahal sebenarnya tidak, Allah pasti akan segera membinasakan dan menimpakan kehinaan kepada mereka.
[2] Tidak hanya Alquran saja yang memberikan standar demikian untuk menguji kebenaran seorang nabi yang benar-benar datang dari Allah, namun Injil juga demikian. Seperti yang tercantum berikut ini.
Ulangan 18:20, “Tetapi seorang nabi yang, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati.”
Yeremia 14:15, “Sebab itu beginilah firman Tuhan mengenai para nabi yang bernubuat demi nama-Ku, padahal Aku tidak mengutus mereka, dan yang berkata: Perang dan kelaparan tidak akan menimpa negeri ini -: Para nabi itu sendiri akan habis mati oleh perang dan kelaparan!”
Kisah Para Rasul 5:36-39, “(36) Sebab dahulu telah muncul si Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa dan ia mempunyai kira-kira empat ratus orang pengikut, tetapi ia dibunuh dan cerai berailah seluruh pengikutnya dan lenyap. (37) Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, muncullah si Yudas, seorang Galilea. Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan cerai berailah seluruh pengikutnya. (38) Karena itu aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, (39) tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah.” Nasihat itu diterima.”