Pendahuluan
Dalam tulisan sebelumnya, penulis sudah menuliskan 4 mukjizat yang Allah swt. anugerahkan kepada Hz. Masih Mau’ud as. Sebagai salah satu bukti beliau datang dari Allah swt. Karena artikel ini cukup panjang, maka oleh editor kami pecah menjadi 2 bagian. Ini adalah bagian yang kedua, kelanjutan dari tulisan tersebut.
5. Memiliki Kemampuan Ilmu bahasa Arab tiada Bandingannya
Beberapa diantaranya mukjizat yang dianugrahkan Allah Ta’ala kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. adalah memiliki kemampuan menguasai ilmu Bahasa Arab yang tiada tanding. Padahal latar belakng pendidikan beliau as. sama sekali tidak pernah pergi atau belajar di negeri Arab atau bahkan belajar di sekolah tinggi bahasa Arab. Kemampuan beliau as. itu benar-benar Allah Ta’ala sendiri dan atas kehendak-Nya mengajarkannya langsung kepada beliau as. khazanah-khazanah ilmu bahasa Arab. Beberapa diantaraya keunggulan beau as. dalam menguasai ilmu bahasa Arab yang menakjubkan.
a. Allah Ta’ala Mengajarkan 40.000 Kata Bahasa Arab dalam Semalam
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. pada dasarnya tidak pernah mengenyam pendidikan resmi bahasa Arab. Beliau as. hanya belajar ketika kecil dasar-dasar bahasa Arab dari seorang guru pribadi yang disediakan oleh ayah andanya. Namun setelah beliau as. diutus oleh Allah Ta’ala, kemampuan beliau as. dalam menulis bahasa Arab sangat luar biasa, dimana lebih dari 20 buku ditulis dalam bahasa Arab dengan gaya sastra yang sangat tinggi dan menarik bagi yang membacanya. Diataranya: (1) Hamamtul Busyra, (2) Syahdatul Quran, (3) Tohfah Bagdad, (4) Nurul Haq I & II, (5) Sirrul Khlafah, (6) Minanur rahman, (7) Itmamul Hujjah (8) Jangge Muqaddas, (9) Karamatus Sadiqien, (10) Al-Istifta, (11) Lujjatunnur, (12) Khutbah Ilhamiyah, (13) I’jazeAhmadi (14) Mawahiburrahman, (15) Siratul Abdal, (16) Najmul Huda, (17) Hujjatulah, (18) Balaghah, (19)Targhibul Mukminin, (20) Al-Huda, dll.
Semua kelebihan beliau as. itu di luar batas kemampuan manusia biasa. Kemahiran beliau as. dalam menguasai ilmu dan sastra bahasa Arab yang tinggi. Semata-mata berkat karunia-Nya, menurut pengakuan beliau as. bahwa Allah Ta’ala telah mengajarkan kepadanya 40 ribu akar kata bahasa Arab dalam satu malam. Sebagaimana disampaikan oleh putra beliau as. Hz. Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad ra.:
“Allah Ta’ala mengajarkan kepada beliau as. di dalam tempo satu malam, empat puluh ribu kata bahasa Arab dan Dia menganugrahkan mukjizat ini agar beliau as. menulis kitab-kitab di dalam bahasa Arab. Kemudian Dia menjanjikan bahwa beliau as. akan dikaruniai kemahiran yang tidak tertandingi.”[1]
Alhasil, inilah yang menjadi sumber dari kemampuan beliau as. dalam menulis buku-buku bahasa Arab yang sangat tinggi balagahdan fashahahnya, sehingga tidak ada seorang ulama ahli bahasa Arab yang bisa menandinginya. Apakah dengan kemampuan yang demikian rupa luar biasa dalam menulis buku berbahasa Arab dengan mutu yang sangat tinggi itu tidak layak dikatakan sebagai sebuah mukjizat dari Tuhan?
b. Penemuaan Bahasa Arab Merupakan Induk Semua Bahasa di Dunia
Satu lagi mukjizat Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as. adalah sebuah penemuan luar biasa yang dikemukakan oleh beliau as. kepada dunia. Ketika para ahli bahasa di dunia mengalami kebuntuan untuk mengetahui dari mana sumber pertama bahasa yang begitu banyaknya di dunia ini. Dalam beberapa dekade pertanyaan itu tidak pernah ada yang mampu menjawabnya, para ahli bahasa selalu mengalami kesulitan dalam melakukan penelitiannya. Kemudian beliau as. tampil ke depan dan mengumumkannya kepada masyarakat luas bahwa menurut penemuan dan penelitian tentang bahasa-bahasa, menurut beliau as. bahwa ternyata induk semua bahasa yang ada di di dunia berasal dari bahasa Arab dan bahasa Arab juga merupakan bahasa yang pertama ada. Sungguh penemuan yang sangat fenomenal dan mengagumkan serta mencengangkan dunia yang selama ini tidak pernah dijumpai penemuan seperti itu. Bahkan bangsa Arab sendiri sama sekali belum mengetahui bahwa sesunggunya bahasa mereka adalah induk segala bahasa. Sebagaimana pernyataan Hazrat Mirza Basyiruddin Ahmad ra. mengatakan :
“Suatu ilmu lahiriah dianugrahkan juga kepada beliau as. ialah kepada beliau as. diberitahukan melalui ilham bahwa bahasa Arab adalah Ummul Alsinah— ibu segala bahasa. Pengetahuan ini merupakan suatu pengetahuan yang gilang-gemilang lagi menakjubkan. Sebab orang-orang Eropa sudah sampai pada kesimpulan–sesudah lama berusaha menelusuri asal usul Ummul Alsinah ini bahwa ibu segala bahasa itu Sanskrit atau bahasa Pahlavi.”[2]
Untuk mendukung dan membuktikan penemuan tersebut, maka beliau as., menulis sebuah buku berjudul “Minanur Rahman” yang di dalamnya dibuktikan dan diuraikan secara ilmiah dengan contoh-contoh yang akar kata bahasa di dunia itu, sesungguhnya berasal dari bahasa Arab. Di dalam buku tersebut dikupas dan diuraikan dengan argumentasi yang kuat dan sangat menarik serta benar-benar meyakinkan bahwa memang bahasa Arab adalah induk semua bahasa. Penemuan luar biasa ini sebenarnya beliau as. memperolehnya dari Allah Ta’ala melalui ilham yang diajarkan langsung kepadanya dengan penuh makrifat ilahi.
c. Buku bahasa Arab Karya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Tiada Tanding
Sebenarnya salah satu maksud Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. menulis beberapa buku dalam bahasa Arab adalah diperuntukan bagi bangsa Arab. Beliau as. sangat mencintai bangsa ini, karena Rasulullah saw. juga merupakan bangsa Arab. Di dalam buku-buku bahasa Arab yang ditulis beliau as. Tujuannya adalah menyeru dan menjelaskan kepada bangsa Arab bahwa utusan Allah Ta’ala yang kedatangannya telah dijanjikan oleh jungjungan mereka di akhir zaman, yakni Nabi Muhammad saw.telah datang dan orang itu sesungguhnya adalah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian.
Selain itu dalam buku beliau as disampaikan tantangan kepada para ulama bangsa Arab dan sipa saja ulama yang memiliki kemampuan bahasa Arab, agar tampil ke muka menandingi buku-buku beliau as. yang ditulis dalam bahasa Arab. Jika mereka mampu mengungguli kehebatan tulisan bahasa Arab beliau as., maka akan dijanjikan diberi hadiah yang cukup banyak oleh beliau as. kla itu. Namun sampai saat ini tidak ada seorang pun yang mampu menulis sebuah buku pun untuk mengalahkan kehebatan buku-buku beliau as. Dengan demikian ini membuktikan bahwa kemampuan beliau as. menulis buku dalam bahasa Arab yang sangat tinggi sastra dan ilmunya tiada banding. Walhasil artinya beliau as. adalah benar sebagai Imam zaman yang datang dari Allah Ta’ala sebagai utusan-nya di akhir zaman ini. Sebagaimana beliau as. menulis :
“Setelah turun ilham tersebut aku menulis beberapa kaidah Al-Quran Karim dan beberapa tafsir surah-surah, begitu juga menulis banyak buku dalam bahasa Arab dengan sangat balagah dan fashahah yang tinggi serta mengundang para penentang untuk membuat tandingannya, bahkan telah ditetapkan baginya hadiah-hadiah yang besar jika mereka bisa memperlihatknya juga.”[3]
6. Menguasai Khazanah Ilmu Tafsir Al-quran dan Ilmu Lainnya
Di antara mukjizat yang dianugerahkan kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. adalah memiliki ilmu lahir dan batin yang sangat tinggi. Beliau as. diberi kemampuan menafsirkan surah surah Al-quran dengan sangat mendalam dan penuh dengan khazanah ilmu makrifat yang belum ada sebelumnya. Tafsir Al-quran yang ditulis dalam bahasa Arab pun begitu tinggi nilai balagah dan fasahanya, sampai-sampai beliau as. menyampaikan tantangan terbuka jika ada orang yang mampu menandingi tulisan tafsir beliau as. akan diberi hadiah. Namun sampai saat ini tidak ada seorang pun yang bisa membuat tafsir dan mengungguli kemampuan beliau as. Allah Ta’ala berfirman kepada beliau as.
“Ya Ahmad Tuhan telah mengajarkan engkau Al-quran
dan rahmat telah dicurahkan di mulut engkau.”[4]
Dari wahyu tersebut dijelaskan oleh beliau as. bahwa makrifat-makrifat Al-quran Majid telah diajarkan kepadanya sebagai mukjizat yang dalam hal itu tidak ada yang bisa menandinginya. Bahasa Al-quran dalam bahasa Arab, balaaghah dan kefasihan telah dianugrahkan kepada beliau as. dengan cara yang luar biasa. Sekiranya saja para ulama penentang bersepakat untuk menandingi beliau as. dalam hal itu, maka mereka semua akan mengalami kegagalan.
Begitu pula dengan perkara-perkara ilmu yang pada masa itu masih tersembunyi dari pengetahuan orang-orang dan menjadi perdebatan umum yang tidak ada ujungnya. Beliau as. diberi kemampuan oleh Allah Ta’ala bisa menjadi seorang hakim yang adil (Hakaman Adalan). Beliau as. memutuskan perkara-perkara agama yang sedang diperselisihkan oleh umat menjadi jelas. Keterangan dan dalil yang beliau as. kemukaan sangat kuat dan tidak terbantahkan. Selain dari Al-quran, hadits, kitab suci terdahulu dan juga secara khusus beliau as. menerima pengetahuan melalui wahyu dari Allah Ta’ala. Dalam sutu kesempatan beliau as. menerangkan telah banyak menerbitkan selebaran yang jumlahnya mencapi 20.000 buah. Beliau as. menulis:
”Di bawah perintah Tuhan dan untuk kepuasan serta keyakinan semua yang berkepentingan telah dilaksanakan. Lebih dari 20.000 selebaran tentang kebenaran dan hujah-hujah mengenai Islam telah diterbitkan”.[5]
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. diberikan pengetahuan yang luas dan mendalam oleh Allah Ta’ala tentang berbagai masalah. Beliau as. mampu menjawab berbagai pertanyaan umat yang diajukan kepada beliau as. Ada yang melalui surat datang dari berbagai penjuru, ada pula yang datang lansung berkunjung ke tempat beliau as. untuk berjumpa sembari ingin mendapatkan berbagai jawaban masalah mereka. Berkenaan dengan begitu banyaknya pengunjung yang datang ke Qadian mencapai puluhan ribu, beliau as. mengatakan:
“Selama 7 tahun terakhir mungkin telah ada kurang lebih 60.000 orang pengunjung atau lebih. Hanya Tuhan saja yang mengetahui apa saja yang pernah saya mampu melakukannya; berbicara dengan mereka yang berhasrat mendengarkan, menolong pecahkan kesulitan-kesulitan mereka dan menyemangati mereka dengan berbagi cara.”[6]
Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang datang melalui surat jumlahnya mencapai puluhan ribu. Suatu jumlah yang sangat banyak saat itu untuk dijawab. Dengan sabar beliau as. menulis jawaban atas pertanyaan mereka satu persatu dan mengirimkannya kepada mereka masing-masing. Sungguh suatu pekerjaan yang sangat sulit dan berat dilakukan oleh seorang manusia biasa. Semata-mata hanya Allah Ta’ala yang telah memberikan kemampuan kepada beliau as. untuk melakukannya sediri diluar batas kemampuan manusia. Inilah yang disebut mukjizat suatu anugrah kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh seorang utusan Tuhan.
7. Membuktikan Kewafatan Nabi Isa as. dengan Dalil Al-quran, Hadits & Fakta sejarah
Ketika semua orang di masa itu meyakini suatu akidah yang salah berkenaan dengan sosok Al-Masih ibnu Maryam yang dipercayainya bahwa Nabi Isa as. masih hidup di langit. Maka saat itu Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. seorang diri tampil mengumumkan di hadapan dunia, sesungguhnya Nabi Isa as. yang dipercayai masih hidup, sebenarnya telah wafat sebagaimana nabi-nabi lain yang telah diutus di muka bumi ini. Pernyataan beliau as. ini didukung oleh dalil-dalil Al-quran dan hadits yang kuat serta argumentasi ilmiah untuk membuktikan bahwa nabi Isa as. sudah meninggal dunia. Bahkan argumentasi beliau as. juga dibenarkan oleh fakta sejarah dan penemuan makam nabi Isa as. yang terletak di Sirnagar Khasmir India. Pengumuman beliau as. tersebut jelas saja telah menghebohkan umat Nasrani dan umat Islam di seluruh penjuru dunia.
Untuk memperkuat pernyataannya, beliau as. menulis sebuah buku berjudul “Al-Masih di Hindustan” yang didalamnya diuraikan perjalanan hidup nabi Isa. hingga kewafatannya dengan didukung oleh keterangan yang kuat dan argumentasi ilmiah baik bersumber dari Kitab Al-quran, Hadits, Bible dan fakta sejarah dan bukti lainnya. Ketika tiga agama besar di dunia yakni, Islam, Kristen dan Yahudi memiliki pandangan dan keyakinan yang berbeda tentang nabi Isa as.. Begitu juga di kalangan umat Islam terdapat banyak macam-macam pendapat. Maka di dalam buku “Al-Masih di Hindustan” diuraikan dan dibuktikan oleh beliau as. bahwa sebenarnya: (1) Nabi Isa as. diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup; (2) Nabi Isa as. selamat dari kematian di tiang salib; (3) Keterangan para pakar ilmu kesehatan menjelaskan bahwa Nabi Isa as. diturunkan dari salib masih dalam keadaan hidup; (4) Keterangan buku-buku sejarah tentang pengembaraan Nabi Isa as. setelah peristiwa penyaliban. Di dalam buku tersebut beliau as. melampirkan juga referensi-referensi buku yang dijadikan dasar pernyataannya bahwa Nabi Isa as. sudah wafat seperti biasa dan di makamkan di bumi ini.Sebagaimana beliau as. bersabda:
“Oleh sebab itu di dalam buku ini, saya akan membuktikan bahwa Nabi Isa as. tidak disalib dan tidak pula telah naik ke langit, serta kapan pun hendaknya jangan berharap bahwa beliau akan turun kembali ke bumi dari langit. Melainkan, beliau sudah wafat di Srinagar, Khashmir setelah mencapai usia 120 tahun dan kuburan beliau terdapat di jalan Khan Yar, Srinagar.”[7]
Bahkan Allah Ta’ala sendiri langsung memberitahu beliau as. melalui wahyu-Nya bahwa Nabi Isa as. telah diwafatkan layaknya manusia biasa. Allah Ta’ala berfirman:
مسیح ابن مریم رسول اللہ فوت ہو چکا ہے اور اس کے رنگ میں ہو کر وعدہ کے موافق تو آیا ہے
“Isa ibnu Maryam utusan Allah telah wafat dan kamu telah datang
dalam spiritnya sesuai dengan janji.” [8]
Dengan demikian keyakinan salah yang sudah mendarah daging di kalangan umat Islam dan Nasrani tentang Nabi Isa as. masih hidup di langit, kini sudah terbantahkan oleh penjelasan dari Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as. dengan dalil-dalil sangat meyakinkan dan argumentasi yang tidak terbantahkan, serta bukti-bukti ilmiah bahwa sesungguhnya nabi Isa as. sudah wafat. Ini merupakan mukjizatdari Allah Ta’ala yang dianugerahkan kepada beliau as. menemukan misteri tentang wafat atau masih hidupnya Nabi Isa as.. Semua itu bertujuan untuk memperbaiki kesalahaan besar umat manusia sepanjang zaman dengan meyakini seorang anak manusia tidak mati dan hidup ribuan tahun di langit. Bahkan kemajuan dan kemenangan agama Islam di dunia pada akhir zaman ini pun bergantung atas kewafatan nabi Isa as.
8. Mendirikan Jamaah Ahmadiayah Berdasarkan Wahyu dari Allah Ta’ala
Ketika Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. di awal masa perjuangannya, hanyalah seorang diri yang tinggal di sebuah kampung kecil bernama Qadian. Sedikit sekali pada waktu itu yang mengenal sosok beliau as.. Bahkan kawan-kawan ayahnya (Mirza Ghulam Murthada) tidak mengetahui secara pasti bahwa ayahnya memiliki 2 putra. Anak laki-laki yang lebih dikenal umum adalah kakaknya yang bernama Mirza Ghulam Qadir. Sedangkan diri beliau as. tersembunyi di balik kehidupannya yang tidak tertarik terhadap kecintaaan kepada dunia dan lebih condong untuk hidup meneyendiri dalam kesunyiaan untuk mewakafkan dirinya demi kepentingan agama Allah Ta’ala.
Setelah melewati beberapa waktu tepatnya pada tahun 1889, beliau as. menerima wahyu dari Allah Ta’ala bahwa beliau as. diperintahkan untuk mendirikan sebuah bahtera yakni Jemaat Ahmadiyah. Bagi mereka yang percaya atas pendakwaan beliau as. akan melakukan baiat pertama yang tempatnya di kota Ludhiana. Sejak saat itulah pondasi Jemaat Ahmadiyah mulai berdiri dan mereka yang ikut baiat pertama sebanyak 40 orang. Sebagaimana Allah Ta’ala menyampaikan wahyu kepada beliau as. sbb:
“Jika sudah kamu putuskan dalam kalbumu, maka tawakalah kepada Allah dan buatlah bahtera itu dengan pegawasan Kami dan wahyu Kami. Mereka yang melakukan baiat denganmu, sebenarnya melakukan baiat dengan Allah. Tangan Tuhan berada di atas tangan mereka.”
“Bumi telah tertutup oleh banjir kesalahan. Kamu harus menyiapkan bahtera sekarang dari banjir ini, sehingga mereka yang naik ke atas bahtera, akan terhindar dari jatuh tenggelam dan siapa yang menolak akan menghadapi kematian.”[9]
Dalam masa sebelum kewafatannya, beliau as. menyatakan bahwa saat itu pengikutnya yang mukhlis, setia dan siap berkorban demi Allah Ta’ala telah mencapai 300.000 orang. Bahkan setelah melewati 1 abad yang lalu, Jemaat Ahmadiyah yang dulu hanya seorang diri kini anggotanya di dunia telah mencapai ratusan juta orang yang tersebar di 213 negara di seluruh dunia.
Apakah yang demikian ini bukan sebuah mukjizat? Jika memang beliau as. bukan seorang utusan dari Allah Ta’ala, maka bagaimana bisa Allah Ta’ala selalu menolong dan melipatgandakan jumlah pengikutnya hingga mencapai ratusan juta orang di seluruh penjuru dunia? Bahkan setiap tahunnya ratusan ribu orang yang menyatakan baiat kepada beliau as. dan bergabung dengan bahtera beliau as. (Jemaat Ahmadiyah). Sekiranya beliau as. itu teryata melakukan suatu kedustaan dengan atas nama Allah Ta’ala, maka sudah pasti sejak awal Dia Yang Maha Kuasa sendiri akan membinasakanya tanpa harus menunggu lama dan Dia sejak dulu akan menggagalkan setiap langkahnya, serta tidak ada pengikutnya seorang pun yang tersisa hingga kini.
9.Selamat dari Setiap Makar Jahat para Musuh dan Menang dalam Mubahalah (perang doa)
Di saat Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. mendakwakan diri sebagai Al-Masih dan Al-Mahdi yang dijanjikan, maka dengan serta merta lebih kurang 200 ulama di Hindustan menyatakan fatwa kafir kepada beliau as. Akibatnya para penentang dan musuh-musuh beliau as. menjadi marah dan berupaya untuk membinasakan beliau as. dengan dukungan fatwa para ulama. Berbagai usaha pembunuhan dan makar jahat sering diarahkan kepada beliau as. Bahkan mereka rela melakukan tuduhan fitnah hanya ingin agar beliau as. dimasukan ke dalam penjara. Perbuatan keji dan niat jahat mereka tidak ada henti-hentinya, dan terus berusaha dengan segala cara untuk menggagalkan misi beliau as. bahkan mereka merencanakan maker jahat untuk melenyapkan beliau as.
Namun sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap nabi yang diutus ke dunia, seberapa berat ujian dan perlawanan keras dari umatnya, Allah Ta’ala senantiasa menolong mereka. Begitu juga dengan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as., beliau as. selalu mendapat pertolongan dari Tuhan yang Maha Kuasa. Beliau as. diselamatkan dari setiap ancaman bahaya yang mengintai beliau as. Segala upaya jahat para penentangnya senantiasa digagalkan oleh Allah Ta’ala. Terbukti beliau as. selamat dari makar jahat para musuhnya adalah umur Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. wafat secara normal dalam usia 73 tahun yang merupakan bukti pertolongan Allah Ta’ala selalu bersamanya. Lebih dari 23 tahun sejak pendakwaanya beliau as tetap hidup tanpa kekurangan sesuatu apapun. Malahan sebaliknya para penentang kerasnya satu demi satu telah dilenyapkan oleh Allah Ta’ala dari muka bumi ini dengan cara yang terhina. Sebagaimana wahyu Allah yang disampaikan kepada beliau as.:
إِنِّيْ مُهِيْنٌ مَنْ أَرَادَ إِهَانَتَكَ
“Aku akan menghinakan orang-orang yang menghinakan engkau”[10]
Begitu pula dengan peristiwa mubahalah (perang doa) antara Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. dengan para penentang beliau as. yang mana mereka merupakan tokoh-tokoh dari berbagai agama. Ketika terjadi mubahalah (perang doa) diantara mereka untuk membuktikan siapa yang benar di sisi Tuhannya dan siapa yang berdusta. Mereka masing-masing harus berdoa kepada Tuhannya, agar siapa yang berbohong diantara mereka, maka Tuhan akan menghancurkannya dengan kematian yang terhina. Terdapat tiga peristiwa yang dikenal banyak orang bagaimana terjadinya mubahalah antara Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dengan Dr. Alexander Dowie, seorang pendeta Nasrani yang berpengaruh di Amerika, kemudian Pandit Lekhram seorang pendeta Hindu Arya dan Abdul Atham Pendeta Kristen dari India. Ketiga orang tersebut mengalami kematian yang tragis dan terhina setelah melakukan mubahalah dengan beliau as. Kematian dan kehancuran mereka telah dinubuatkan oleh Allah Ta’ala sebelumnya. Sehingga kematian mereka pun benar-benar sesuai dengan wahyu yang diterima oleh beliau as. Sementara setelah mubahalah dengan mereka, beliau as. dalam keadaan baik dan berusia cukup panjang serta Jemaat beliau as. terus mengalami kesuksesan dengan semakin bertambahnya orang-orang yang menerima pendakwaan beliau as. dan menjadi murid-murid yang setia.
Sungguh ini merupakan mukjizat dari Tuhan, dimana kematian telah menimpa para musuhnya, sedangkan kemenangan ada pada beliau as. Dalam melakukan mubahalah, Allah Ta’ala telah memberitahukan kepada beliau as. apa dan bagaimana yag akan terjadi diantara mereka. Kemudian sesudaah itu beliau as. mengumumkan nubuatan tersebut kepada umum agar diketahui apa yang akan terjadi jika mereka tetap melakukan kedustaan atas nama Tuhan. Allah Ta’ala telah mewahyukannya dengan sangat jelas dan semua peristiwa kematian mereka yang sangat terhina akibat kedustaannya benar-benar terjadi sesuai nubuatan. Sebagaimana dengan janjinya, Allah Ta’ala akan selalu menolongnya. Dia mewahyukan kepada beliau as.
“Aku akan jadi penolongmu, Aku aka melindungimu. Aku akan menjadikan kamu pemimpin bagi manusia.” [11]
Jadi setiap perjalanan hidup beliau as. senantiasa akan ditolong dan dilindungi Allah Ta’ala. Sebab bagaimana mungkin Allah Ta’ala membiarkan seorang utusan-Nya akan mengalami kekalahan dalam dawahnya oleh mereka yang memusuhinya. Justru ghairat Allah Ta’ala akan muncul dengan menghancurkan dan mengagalkan semua rencana jahat para musuhnya.
10. Memperoleh banyak Wahyu, Ilham, Rukya, Kasyaf dan Mimpi yang Benar
Sejak usia muda Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. sudah dianugerahi karunia dengan mendapat khabar suka dari Allah Ta’ala. Ketika kewafatan ayahnya sudah dekat, beliau as. diberitahu melalui mimpi bahwa saat kematian ayahnya sudah dekat. Kemudian Allah Ta’ala memberitahu beliau as. melalui wahyu bahwa ayah beliau as. akan meninggal sesudah matahari terbenam. Dan ternyata ayah beliau as. meninggal pada hari itu saat matahari terbenam sesuai wahyu itu dan telah menjadi sempurna., Allah Ta’ala berfirman:
“Demi langit dan demi peristiwa yang akan terjadi setelah tenggelamnya
matahari pada hari ini.”[12]
Ketika beliau as. menerima wahyu dari Allah Ta’ala tentang kewafatan ayahnya, secara manusiawi, beliau as. merasa gelisah karena sumber kehidupannya tersedia ketika ayahnya hidup. Kini beliau as. akan menghadapi kesulitan ketika ayahnya wafat. Kemudian Allah Ta’ala mewahyukan kepada beliau as.:
أَ لَيْسَ اللّٰهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ
“Apakah Allah tidak cukup bagi hamba-Nya?”[13]
Wahyu itu membuat kelegaan dan kepuasan bagi hati beliau as. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala akan menjamin semua kebutuhan beliau as. Bahkan kebenaran wahyu itu sudah terbukti bagimana Allah Ta’ala telah memelihara beliau as. dan memenuhi segala keperluannya. Berapapun kebutuhan pengeluaran beliau as. dan Jemaat pada masa itu, sedemikian rupa Allah Ta’ala telah mencukupinya. Kebenaran wahyu ini tergenapi semasa hidup beliau as hingga saat ini, semua keperluan Jemaat ini selalu dicukupi oleh Allah Ta’ala.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. tahu betul bahwa Qadian hanyalah sebuah desa kecil yang tidak banyak dikenal orang, apalagi oleh dunia. Namun ketika beliau as. mendakwakan dirinya sebagai Al-Masih dan Al-Mahdi yang ditunggu oleh semua umat. Maka sejak saat itu Qadian mulai terkenal dan menjadi perbincangan masyarakat umum di India. Tetapi kini hampir di seluruh dunia mengenal Qadian tempat dimana seorang utusan Tuhan lahir di akhir zaman ini. Sebelumnya Allah Ta’ala telah mewahyukan kepada beliau as. :
يَأْتُوْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ
”Akan datang orang-orang dari tempat yang jauh.”
Kini nubuatan itu telah menjadi sempurna, Qadian menjadi tempat yang dituju dan menarik orang-orang dari berbagai penjuru dunia untuk datang. Orang-orang berdatangan dari tempat-tempat yang jauh hanya ingin berjumpa dan mengenal sang Al-Masih dan Al-Mahdi akhir zaman. Semua perkataan Tuhan terbukti kata demi kata, bagaimana mungkin Allah Ta’ala menyempurnakan wahyu-Nya itu kepada orang yang berkata dusta atas nama-Nya. Bukankah ini mukjizat namanya karena nubuatan itu teah menjadi kenyataan dan terjadi di luar batas pemahaman manusia.
Pada tahun 1865, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmadi as. ketika itu berusia 30 tahun diberitahu oleh Allah Ta’ala bahwa beliau as. akan berumur kurang atau lebih sedikit dari 80 tahun. Sebagaimana Allah Ta’ala berfiraman :
“Usiamu akan mencapai delapan puluh tahun, beberapa tahun kurang atau lebih sedikit, dan kamu akan menyaksikan keturunanmu yang jauh.” [14]
Sedemikian rupa Allah Ta’ala telah menyempurnakan wahyu-Nya ketika beliau as. diwafatkan oleh Allah Ta’ala tepat berusia sekitar 73 tahun. Dimana beliau as. lahir tahun 1835 dan wafat tahun 1908. Sementara berdasarkan wahyu usianya tertulis 80 tahun dengan tambahan kalimat dalam wahyu itu adalah kurang atau lebih sedikit. Bagaimana Allah Ta’ala menyempurnakan kata-kata wahyu itu dalam diri beliau as. bahwa umur beliau as. kurang daripada 80 tahun. Namun hal ini sebenarnya merupakan bukti yang sangat kuat bagi para lawan beliau as. yang menginginkan beliau as. mati muda sehingga mereka bisa mengumumkan bahwa dengan mati muda, beliau as. dianggap palsu dalam pengakuannya sebagai Al-Masih dan Al-Mahdi yang dijanjikan. Akan tetapi ternyata beliau as. telah lebih dulu diberitahu tentang umur kewafatannya kurang atau lebih sedikit dari 80 tahun. Usia beliau as.yang panjang ini menjadi hujah bagi lawan maupun kawan dengan demikian terbukti bahwa beliau as. adalah benar dalam pendakwaanya sesuai wahyu yang diterima dari Tuhannya. Jika tidak maka sudah pasti beliau akan wafat muda sesuai keinginan para penentangnya. Dan juga kini anak keturunan beliau as. telah begitu banak dan tersebar di berbagai belahan dunia mejadi bukti akan kebenaran wahyu yang beliau as.terima dari Tuhannya. Bukankah ini merupakn sebuah mukjizat lagi?
Penutup
Inilah dari sekian banyak mukjizat Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepada beliau as. untuk mendukung dan membuktikan kebenaran dirinya dalam pendakwaannya sebagai Al-Masih dan Al-Mahdi yang dijanjikan di akhir zaman ini. Semoga kita diberkati dan dirahmati sehingga termasuk ke dalam para pengikutnya yang setia. Aamiin
[1]Da’watul Amir, Hz. Basyiruddin Mahmud Ahmad, PPMA, 2006, H. 248
[2] Da’watul Amir, hz. Basyiruddin Mahmud Ahmad, PPMA, 2006, H. 252
[3] Tiryaqul Qulub, Hz.Mirza Ghulam Ahmad,Neratja Press, 2019, h. 159
[5] Kemenangan Islam, Hz. Mirza Ghulam Ahmad, JAI, 1987, h.20
[6] idem
[7] Al-Masih di Hindustan, Neratja Press, 20017, h.xxvii
[8]Ijalah Auham: Tadhkirah, Neratja Press, 2014, h. 172
[9] Tadhkirah, Neratja press, 2014, h154-155
[10] Tadhkirah, Neratja Press, 2014,
[11] Tahkirah, neratja press, 2014, h.75
[12] Riwayat Hidup Mirza Ghulam Ahmad, Hz. Mirza Bashirudun MA, JAI,1995, h.16
[13] Riwayat Hidup Mirza Ghulam Ahmad, Hz. Mirza Bashirudun MA, JAI,1995, h.17
[14] Arbain no. 3, edisi 1, h.29-30; Tadhkirah, Neratja Press, 2014, h.