Pada saat ini, ketika dunia tengah berada di ambang terjadinya perang nuklir, maka terdapat kebutuhan yang yang sangat penting; yaitu dunia harus bersatu.
Dalam Khotbah Jumat 11 Maret 2022, Khalifah Kelima Jamaah Ahmadiyah, Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba) menyampaikan pesan yang tegas terkait dengan gejolak yang terjadi di dunia saat ini.
Beliau menyampaikan bahwa setiap orang, khususnya umat Islam, jangan membiarkan adanya perpecahan di antara mereka, sebaliknya mereka harus bersatu dan berhenti memantik perselisihan.
Huzur mengatakan, ‘Kesatuan ini hanya dapat dicapai ketika mereka menerima Imam Zaman.’
Beberapa orang mungkin bertanya-tanya apa hubungan Imam Zaman, atau Almasih Hari Akhir yang dinubuatkan oleh agama-agama besar dunia dengan keadaan dunia saat ini.
Jawabannya – ‘Sejarah terus berulang’.
Salah satu mukjizat terbesar Rasulullah (saw) adalah bahwa beliau .. “mengubah orang-orang yang memiliki sifat liar menjadi manusia, kemudian menjadi manusia yang berakhlak tinggi, kemudian mewarnai mereka dengan warna Ilahi dari, yaitu orang-orang yang membangun kedekatan kepada Allah..” (Majmuah Istiharat)
Jika kita sekilas melihat situasi yang terjadi di Ukraina, Afghanistan, Irak, Suriah, Yaman dan di tempat-tempat lain di dunia, dan tindakan barbarisme yang mengabaikan hidup manusia, terlihat bagaimana orang-orang dan pemerintah tidak hanya mengabaikan hak asasi manusia, mereka juga melupakan Tuhan.
Oleh karena itu, Huzur mengatakan: “Utamanya kita harus berdoa semoga orang-orang di dunia mengenali Pencipta mereka. Ini adalah satu-satunya cara menyelamatkan dunia dari kehancuran.”
Jadi di zaman sekarang ini, bagaimana ‘orang-orang liar’ yang mendatangkan malapetaka di dunia dapat diubah ke tahap mengenali Pencipta mereka seperti yang telah dilakukan 1400 tahun yang lalu?
Al-Qur’an menjelaskan bahwa risalah Rasulullah (saw) tidak hanya terbatas untuk zaman beliau saja, tetapi akan terus berlaku sampai akhir zaman. Allah Ta’ala berfirman:
وَّاٰخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُۙ
Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana. (QS Al-Jumu’ah [62]:4)
Ketika ayat ini diturunkan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah (saw) siapa yang dimaksud oleh ayat ini. Saat itu Rasulullah (saw) memberi tahu mereka bahwa Almasih Akhir Zaman akan berasal dari bangsa Persia yang akan menghidupkan kembali Islam.
Jadi, Almasih akan datang ke dunia untuk menghidupkan kembali ajaran yang sama yang dibawa oleh Rasululalh (saw); ajaran yang sama yang menjadikan ‘orang-orang liar’ menjadi manusia yang mengenali Allah Ta’ala. Dan Almasih yang dimaksud terwujud dalam pribadi Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (as).
Dalam menjelaskan ayat di atas Hazrat Mirza Ghulam Ahmad bersabda:
“Golongan kedua adalah pengikut Hadhrat Masih Mau’ud, yang menurut ayat di atas mereka itu seperti para sahabat. Karena mereka seperti para sahabat, maka golongan akhir ini juga akan menyaksikan mukjizat Rasulullah (saw), dan akan mendapat petunjuk setelah kegelapan dan kesesatan.’[2]
Bagaimana kita tahu bahwa beliau adalah Almasih yang Dijanjikan? Kita dapat mengetahuinya melalui tanda-tanda mengenainya dan tergenapi di zamannya, seperti gerhana matahari dan bulan di bulan Ramadhan, Komet besar tahun 1882, tersebarnya wabah, larangan haji, terciptanya kereta api dan masih banyak lagi.
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (as) menjelaskan:
“Aku bersumpah demi Tuhan yang jiwaku ada di tanganNya bahwa sejauh ini lebih dari 200.000 tanda telah muncul untuk mendukungku, dan lebih kurang 10.000 orang telah melihat RasulullahSAW di dalam mimpi dan beliau memberikan kesaksian mendukungku. Selain itu di negeri ini beberapa ahli kasyaf yang memiliki sekitar 400.000 pengikut, yang melihat dalam mimpi mereka bahwa aku benar-benar berasal dari Tuhan.” (Tadhkiratul Shahadatain, Ruhnai Khazain, Vol. 20, pp. 35-37)
Dan bagaimana kita mengetahui bahwa inilah zaman bagi datangnya Almasih yang Dijanjikan?
“Manakala Allah menyaksikan dunia telah tenggelam dalam kondisi yang hina dan bumi penuh dengan kefasikan, maksiat, dan kedurhakaan, maka Dia mengutusku dengan misi untuk menyebarkan kebenaran dan melakukan islah (perbaikan).
Dan misinya pun jelas, yaitu mengikuti contoh yang diberikan oleh Rasulullah (saw). Hazrat Mirza Ghulam Ahmad diutus ‘untuk membangkitkan kembali iman yang telah lenyap dari muka bumi dan menarik kembali umat manusia kepada kesalehan dan ketakwaan dengan bantuan tangan Allah sendiri, dan untuk memperbaiki mereka dan menghapus itikad dan perilaku yang keliru.’ (Tadhkiratul Shahadatain, Ruhani Khazain, Vol. 20, pp. 3-4)
Jadi cetak biru untuk penggenapan misi ini telah dibuat, karena Hazrat Masih Mau’ud (as) diutus hanya untuk menghidupkan kembali apa yang telah diajarkan dalam Al-Qur’an dan melanjutkan apa yang sudah ditetapkan oleh Rasulullah saw, sebagaimana beliau menjelaskan:
“Dengarkanlah juga perkara ini disertai dengan perenungan, yakni apakah latar belakang diutusnya diriku? Maksud dan tujuan kedatanganku semata-mata hanyalah untuk pembaharuan dan untuk mendukung Islam. Janganlah menganggap bahwa aku datang untuk mengajarkan syariat baru atau memberikan perintah-perintah baru, atau membawa kitab baru. Sama sekali tidak. Jika ada orang yang berpikiran demikian, maka menurutku orang itu telah tersesat dan tiada beragama. Syariat dan nubuwat telah sempurna atas Rasulullah saw. Kini tidak ada lagi syariat baru bisa datang. Al-Quran Majid adalah Khatamul Kitab, sekarang tidak ada peluang untuk mengurangi atau menambah satu harokat dan titik pun di dalamnya. Ya, adalah benar bahwa berkat-berkat dan karunia-karunia Hahdrat Rasulullah saw dan buah-buah ajaran Al-Quran Syarif serta petunjuknya tidaklah berakhir. Dari zaman ke zaman senantiasa ada dan selalu segar. Allah Ta’ala telah mengutusku untuk membuktikan karunia-karunia dan berkat-berkat tersebut.” (Lecture Ludhiana pp. 43-45)
Jadi, menurut hukum yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan ditetapkan oleh Rasulullah (saw), cara Hadhrat Masih Mau’ud (as) untuk memperbaiki ‘orang-orang yang yang liar’ di dunia sudah jelas; “yang paling utama adalah, saya diutus guna menanamkan kembali untuk selamanya di dalam kaum ini, tauhid yang murni dan cemerlang, yang tidak tercampur dengan setiap jenis syirik, yakni tauhid ilahi yang saat ini telah lenyap.” (Lecture Lahore, Ruhani Khazain, Vol. 20, pp. 180-181)
Ini adalah hal yang sama yang dibawa oleh Rasulullah (saw) kepada orang-orang di dunia ketika mereka menyebabkan terjadinya kehancuran dengan tangan mereka sendiri 1400 tahun yang lalu. Jadi, seperti yang dinubuatkan dalam Al-Qur’an, ini adalah pesan tauhid yang sama yang akan memperbaiki orang-orang di akhir zaman, dan untuk membantu dunia mencapai hal itu, ALlah sekali lagi menunjuk Hadhrat Masih Mau’ud (as).
Tindakan ini merupakan wujud kasih sayang Allah Ta’ala yang tak terbatas, sebagaimana dinyatakan oleh Hazrat Masih Mau’ud (as):
“Ketika orang-orang meninggalkan jalan Allah dan meninggalkan Tauhid dan penyembahan kepada Allah, maka Dia membangkitkan seseorang yang Dia berikan visi yang sempurna dan memuliakannya dengan firman dan wahyu-Nya, guna membimbing manusia dan memperbaiki kejahatan yang telah merebak.
Sesungguhnya, Allah adalah Pemelihara, di mana eksistensi dan kelangsungan alam semesta semua bergantung kepada-Nya. Dia tidak menjauhkan makhluk-Nya dari sifat-sifat kasih sayang-Nya, dan Dia juga tidak menangguhkannya. Sebalinya, mereka sifat-sifat itu ada ketika dibutuhkan.” (7]Barahin-e-Ahmadiyya, Part II, Ruhani Khazain, Vol. 1, pp. 113-114, footnote no. 10)
Sebagaimana dinyatakan Khalifah Kelima Ahmadiyah (aba), dunia harus mengenali Penciptanya dan menunaikan hak-hak Allah agar dapat diselamatkan dari kehancuran yang sedang merajalela saat ini. Dengan penunaian hak-hak Allah secara alami mereka juga akan menunaikan hak-hak sesama umat manusia, yang pada gilirannya akan mengarah pada berhentinya berbagai tindakan barbarisme dan kekejaman yang sudah jamak kita lihat.
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda,
‘Allah Ta’ala lebih penyayang daripada kasih sayang seorang ibu. Dia tidak ingin ciptaan-Nya sengsara. Dia membukakan kepadamu jalan petunjuk dan cahaya.’ (Malfuzat, Vol. 1, p. 72)
Karena kasih sayang inilah Allah Ta’ala mengutus Hadhrat Masih Mau’ud (as) untuk menunjukkan kepada dunia saat ini bahwa Tuhan itu tetap hidup sampai hari ini – seperti dahulu dan akan datang. Tuhan bukan sekedar hikayat atau dongeng, melainkan Tuhan adalah jawaban bagi dunia yang berjuang mencari makna.
Jadi, jika obat kekacauan dunia saat ini adalah dengan mengenali Tuhan, kita tidak bisa pergi tanpa menerima Hadhrat Masih Mau’ud, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (as), yang tujuan beliau adalah untuk membangun kembali hubungan manusia dengan Tuhan.
Review of Religions – The Messiah’s Cure to the World’s Turmoil