Hijrahnya Nabi Isa As Setelah Selamat Dari Penyaliban Hingga Kewafatannya

Hijrahnya Nabi Isa As Setelah Selamat Dari Penyaliban Hingga Kewafatannya

Disusun oleh: Syamsul Ulum

Dongeng Manusia Hidup Di Langit Sudah Ada Sebelum Nabi Isa as Lahir

“Disebutkan ada satu kisah dalam buku Asathirul Awalin dikatakn bahwa 753 tahun sebelum Yesus lahir, ada orang bernama Roemelus yg mendirikan negeri Roem. ketika orang-orang Roem sedang berperang dengan bangsa Sabi, lama kelamaan bangsa itu berdamai. Lalu akhirnya Roemelus dibunuh oleh orang Sabi dengan diam-diam. Kemudian apa keyakinan bangsa Roem terhadap Roemelus? Bangsa Roem tidak pernah mengatakan kalau Roemelus itu telah mati, akan tetapi bangsa Roem berkeyakinan  bahwa Roemelus telah diangkat ke Langit.” (Assathirul Awalin, hal.322)

Kegagalan  Yahudi Dalam Membunuh Nabi Isa as Dengan Cara Disalib.

Di dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:

وَإِن مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ إِلَّا لَيُؤۡمِنَنَّ بِهِۦ قَبۡلَ مَوۡتِهِۦۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ يَكُونُ عَلَيۡهِمۡ شَهِيدٗا

Tidak ada seorang pun di antara Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) yang tidak beriman kepadanya (‘Isa) menjelang kematiannya. Dan pada hari Kiamat dia (‘Isa) akan menjadi saksi mereka.” (QS. An-Nisa’: Ayat 160[1])

Penjelasan:

Maksud dari Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 160 itu adalah bahwa tak ada seorangpun dari kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen), kecuali mereka akan percaya kepada (kematian Isa Al-Masih diatas palang salib) itu, sebelum kematiannya.

Tetapi dalam Quran Suci Allah telah membantah  keyakinan Yahudi dan Nasrani tentang Kematian Isa as. diatas kayu salib dengan menyatakan bahwa Al-Masih (Nabi Isa as) itu sekali-kali tak pernah mati dengan cara disalib, dan Al-Qur’an menjelaskan keadaan nabi Isa aa yang sebenarnya, beliau as hanya mengalami kondisi seperti orang yang mati atau mengalami kondisi tidak sadarkan diri karena penyiksaan fisik yang luar biasa ketika beliau as diturunkan dari tiang salib (QS. 4:158-159).

Sebab Kematian di atas tiang salib adalah amat terkutuk, yang hanya bisa dialami oleh orang-orang terkutuk saja (Ulangan 21:23), dan tak mungkin dialami oleh orang yang mulia seperti Nabi Isa Al-Masih as yg notabene seorang Rasul Allah.

Dalam Bible kitab ulangan dikatakan bahwa:

Maka jangan biarkan mayatnya tergantung semalaman pada tiang itu, tetapi kuburkanlah dia pada hari itu juga karena orang yang digantung adalah orang yang dikutuk Allah. Jangan kaunajiskan tanah yang dikaruniakan ALLAH, Tuhanmu, kepadamu sebagai milik pusaka.” (Ulangan 21:23 )

Penyiksaan terhadap Isa Al-Masih dengan cara digantung di palang salib itu hanya berlangsung tiga jam saja, dari pukul 12 sampai dengan pukul 15 sore waktu setempat. Karena menjelang hari Sabat, yang pada hari itu tak boleh ada mayat tinggal tergantung pada kayu salib (Yohanes 19:31), maka kaum Yahudi mohon kepada Pilatus agar mematahkan kaki orang-orang yang disalib kemudian setelah mati diturunkan secepatnya. Kaki kedua penjahat yang disalibkan di sebelah kanan dan kiri Al-Masih diremukkan sehingga tewas, tetapi kaki Al-Masih tidak, karena Al-Masih telah disamarkan seperti orang yg sudah mati (Qs4:157), sehingga mereka menyangka bahwa nabi Isa as (Yesus) benar-benar telah mati.

Keyakinan tidak benar Yahudi pada saat itu tentang terbunuhnya Nabi Isa as Dengan cara disalib telah dibantah oleh Allah dalam Al-Qur’an, sebagaimana Firman-Nya:

وَقَوۡلِهِمۡ إِنَّا قَتَلۡنَا ٱلۡمَسِيحَ عِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ رَسُولَ ٱللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِن شُبِّهَ لَهُمۡۚ وَإِنَّ ٱلَّذِينَ ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِ لَفِي شَكّٖ مِّنۡهُۚ مَا لَهُم بِهِۦ مِنۡ عِلۡمٍ إِلَّا ٱتِّبَاعَ ٱلظَّنِّۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَق

Dan ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah swt.,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula mematikannya (di atas salib), akan tetapi ia disamarkan kepada mereka seperti telah mati di atas salib. Dan, sesungguhnya orang-orang yang berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan tentang ini; [a] mereka tidak mumpunyai pengetahuan yang pasti  tentang ini melainkan menuruti dugaan; dan mereka  tidak membunuhnya dengan yakin (QS. An-Nisa : 158)

Menurut ayat diatas dugaan Kematian Al-Masih Isa Ibnu Maryam itu amat meragukan mereka (umat Yahudi) dan untuk menghilangkan keragu-raguan itu seorang laskar Romawi menikam rusuk Isa Al-Masih dan mengalirlah darah dengan air (Yohanes 19:32-34). Sebagaimana Bible menceritakan:

Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya,  tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.” (Yoh 19: 32-34)

Tikaman ini dianggap menyempurnakan kematian Isa Al-Masih, padahal justru sebaliknya membuktikan bahwa beliau as belum wafat, karena darah dengan air mengalir adalah tanda alami masih adanya kehidupan. Anggapan keliru mereka itu merupakan pertolongan Ilahi untuk menyelamatkan Isa Al-Masih dari kematian terkutuk disalib, dan pertolongan itu disempurnakan lewat para muridnya, kaum Hawariyin, yakni diturunkannya Al-Masih dari tiang shalib oleh Yusuf Arimatea dan kawan-kawannya. Kemudian beliau as dibawa ke dalam gua batu (yang merupakan sebuah kuburan tradisi orang-orang Yahudi saat itu dan kuburan yg berbentuk Goa itu milik Yusuf Arimatea) dan setelah diobati dengan rempah-rempah lalu Nabi Isa as diletakan diatas kain Turin, kain yg biasa digunakan sebagai kain kafan.

Maka sempurnalah janji Allah bahwa DIA akan menyelamatkan Isa Al-Masih dari kematian terkutuk dengan cara disalib yakni dipatahkan kakinya dengan dikeluarkan tulang dan sumsumnya (QS. 3:56) akhirnya gagallah rencana (makar) kaum Yahudi dalam penyaliban nabi Isa as. (Qs.3:55).

Begitu pula telah sempurna nubuat Isa Al-Masih dalam Injil bahwa anak manusia akan berada dalam perut bumi selama tiga hari, sebagaimana Yunus dalam perut ikan selama tiga hari, dalam keadaan hidup (Markus 16:1-2).

 Sesudah peristiwa penyaliban yang gagal, Nabi Isa as. Tidak naik ke sorga atau naik  langit sebagaimana diyakini oleh Gereja atau umat Islam pada umumnya, melainkan tetap melaksanakan tugas menggembalakan domba-domba Israil yang tersesat. (Qs. Ali Imran:49-40; Matius 15:24) dan salah satu sifat wajib bagi seorang Rasul adalah Tablig atau berdakwah menyampaikan ajaran Tauhid ilahi.

Allah SWT berfirman:

 وَإِذۡ قَالَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ إِنِّي رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡكُم …

“Dan (ingatlah) ketika ‘Isa putra Maryam berkata, Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian…(QS. As-Saff : Ayat 7)

Senada dengan pernyataan Yesus sendiri sebagaimana termaktub dalam Bible:

 Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. (Mat 15: 24)

 Setelah sembuh dari luka-luka yang sangat parah, akibat penyiksaan diatas tiang kayu penyaliban, lalu beliau as meninggalkan Palestina, terus mengembara ke sebelah Timur bersama ibundanya. Beliau menjelajah negeri Syria, Persia, terus Pakistan. Di Pakistan Utara, Hadhrat Maryam wafat dan dimakamkan di kota Murree. Dari sinilah Al-Masih Ibnu Maryam masuk ke Kasymir dan mulai dengan kehidupan baru menjadi ayah dari beberapa anak (salah seorang penduduk Srinagar bernama Sahibzada Basyarat Salim yang mempunyai silsilah lengkap yang sampai kepada Nabi Isa Al-Masih as.)

Hijrah Merupakan Sunnah Para Nabi

Selama ini, peristiwa hijrah sangat identik dengan Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam saja. Padahal, ketika kita membaca Alquran, tentu kita dapati bahwa para nabi dan rasul selain Nabi Muhammad pun mengalami babak baru dalam dakwah mereka dalam bentuk hijrah. Namun mungkin kita kurang menyadari bahwa itulah hijrah mereka, fase baru dakwahnya para utusan Allah.

Meskipun banyak nabi dan rasul yang mengalami hijrah, hijrah mereka berbeda dengan hijrahnya Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di antara para rasul Allah yang mengalami peristiwa hijrah adalah:

Pertama: Hijrahnya Nabi Ibrahim alaihis-salam

Mengenai hijrahnya Nabi Ibrahim as terdapat dua pendapat, kota mana yang menjadi tujuan Nabi Ibrahim as setelah pergi dari negerinya Irak. (1) Ada yang mengatakan bahwa beliau hijrah ke Mekah dan (2) yang lainnya mengatakan bahwa beliau berpindah ke Syam, ke tanah Jerusalem, Palestina. Dan tidak diragukan lagi, Nabi Ibrahim memang memasuki kedua kota tersebut. Namun kota mana yang terlebih dahulu dikunjungi? Allahu a’lam.

Setidaknya ada tiga ayat yang menerangkan tentang hijrahnya Nabi Ibrahim ‘alaihis-salam.

فَ‍َٔامَنَ لَهُۥ لُوطٞۘ وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَىٰ رَبِّيٓۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ

“Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. Dan berkatalah Ibrahim: “Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Ankabut: 27).

Ayat lainnya

وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَىٰ رَبِّي سَيَهۡدِينِ

Dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. (QS. Ash-Shaffat: 100).

Dan firman Allah,

وَأَعۡتَزِلُكُمۡ وَمَا تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَأَدۡعُواْ رَبِّي عَسَىٰٓ أَلَّآ أَكُونَ بِدُعَآءِ رَبِّي شَقِيّٗا

“Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku”. (QS. Maryam: 49).

Beliau menjauhkan diri dari peribadatan yang mereka lakukan dan juga menjauhkan diri dari tempat tersebut.

Kedua: Hijrahnya Nabi Musa ‘alaihis-salam.

Peristiwa hijrahnya Nabi Musa as. berbeda dengan hijrahnya Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad. Ketika hijrah, Nabi Musa belum diangkat sebagai rasul. Adapun Nabi Ibrahim as. dan Nabi Muhammad saw. telah diangkat sebagai rasul saat keduanya berhijrah.

Peristiwa hijrahnya Nabi Musa as terjadi pada saat beliau membunuh seorang laki-laki Qibthi.

وَجَآءَ رَجُلٞ مِّنۡ أَقۡصَا ٱلۡمَدِينَةِ يَسۡعَىٰ قَالَ يَٰمُوسَىٰٓ إِنَّ ٱلۡمَلَأَ يَأۡتَمِرُونَ بِكَ لِيَقۡتُلُوكَ فَٱخۡرُجۡ إِنِّي لَكَ مِنَ ٱلنَّٰصِحِينَ

“Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: ‘Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu’.” (QS. Al-Qashash: 21).

Nabi Musa as. pun pergi menuju Madyan. Selama tinggal 10 tahun di Madyan, Nabi Musa menikahi seorang wanita putri dari laki-laki sepuh di wilayah tersebut.

Perbedaan lainnya antara hijrah Nabi Muhammad saw. dan Nabi Musa adalah latar belakang hijrah. Jika hijrahnya Nabi Muhammad saw.  adalah karena orang-orang Mekah telah menutup rapat diri mereka dari hidayah Islam, sementara di Madinah eksistensi dakwah secara meluas dan tegaknya negeri Islam sangat mungkin digapai.

Adapun hijrahnya Nabi Musa as untuk menghindari kebengisan Firaun.

…فَفَرَرۡتُ مِنكُمۡ لَمَّا خِفۡتُكُمۡ فَوَهَبَ لِي رَبِّي حُكۡمٗا وَجَعَلَنِي مِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ

“Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul.” (QS. AS-Syuara: 22).

Ketiga: Hijrahnya Nabi Isa Ibnu Maryam as. Ke Kasymir (India)

Setelah Nabi Isa a.s diselamatkan Allah SWT dari malapetaka kematian terkutuk di Tiang Salib. Maka atas perintah Allah SWT Nabi Isa a.s dan ibunya (Siti Maryam) hijrah dari kampung halamannya Palestina menuju lembah Kashmir yang subur dan indah dengan mata air yang memancar. Sebagaimana Al-Quran menceritakan:

Allah SWT berfirman:

وَجَعَلۡنَا ٱبۡنَ مَرۡيَمَ وَأُمَّهُۥٓ ءَايَةٗ وَءَاوَيۡنَٰهُمَآ إِلَىٰ رَبۡوَةٖ ذَاتِ قَرَارٖ وَمَعِينٖ

“Dan telah Kami jadikan (‘Isa) putra Maryam bersama ibunya sebagai suatu bukti yang nyata (bagi kebesaran Kami), dan Kami menyelamatkan dan melindungi mereka berdua di sebuah dataran tinggi, (tempat yang tenang, rindang, dan banyak buah-buahan) dengan mata air yang mengalir.” (QS. Al-Mu’minun : 51)

Penafsir terkenal Ibnu Jarir berkata dalam kitabnya Tafsir Ibnu Jarir at-Tabari bahwa:

“Nabi Isa a.s sama dengan Nabi Muhammad SAW. Karena dikejar-kejar kaum Yahudi, Nabi Isa a.s dan ibunya terpaksa pindah dari Palestina dan pergi ke suatu negeri yang jauh sekali dan beliau a.s pergi dari satu negeri ke negeri lain.” (Tafsir Ibnu Jarir, jilid III, 197)

Dalam suatu  kitab kumpulan Hadits terkenal, Kanzul Umal, diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a bahwa Tuhan mewahyukan kepada Nabi Isa a.s:

“Wahai Isa, pindahlah (hijrahlah) dari satu tempat ke tempat lain agar engkau tidak dikenali dan disakiti.” (HR. Ibnu Asakir dari Abu Hurairah r.a dan Hadits Kanzul Umal, 1989, jilid.III, h.158).

Begitu pula dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibnu Umar ra, Rasulullah saw mengatakan bahwa:

“Orang yang paling diridhai Tuhan adalah Gharib, ketika ditanya, apakah Gharib itu? Beliau SAW menjawab: Orang-orang yang seperti Isa Al-Masih yang menyingkir dari negeri mereka dengan membawa agama mereka”. (Kanzul Umal, Jilid.II, h.34,71 dan Jilid VI, h.51).

  Demikianlah sunnah dari para nabi dan rasul yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran bahwa mereka pada awal kedatangannya oleh kaumnya selalu ditolak dan diusir dari kampung halamannya. Tetapi sejarah mencatat bahwa orang-orang zalim yang menolak dan menentang para nabi dan rasul, pada akhirnya dibinasakan oleh Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman:

وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لِرُسُلِهِمۡ لَنُخۡرِجَنَّكُم مِّنۡ أَرۡضِنَآ أَوۡ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَاۖ فَأَوۡحَىٰٓ إِلَيۡهِمۡ رَبُّهُمۡ لَنُهۡلِكَنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ  

“Dan orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka, Kami pasti akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu benar-benar kembali kepada agama kami. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka, Kami pasti akan membinasakan orang yang zalim itu.” (QS. Ibrahim : Ayat 14)

Dalam Bible dikatakan:

Maka Yesus berkata kepada mereka: Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya (Injil Markus 6:4). Dan katanya lagi: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya (Injil Lukas 4:24).

Hijrah dan Pengembaraan Isa Al-Masih as dan ibunya ini dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:

وَجَعَلۡنَا ٱبۡنَ مَرۡيَمَ وَأُمَّهُۥٓ ءَايَةٗ وَءَاوَيۡنَٰهُمَآ إِلَىٰ رَبۡوَةٖ ذَاتِ قَرَارٖ وَمَعِينٖ

“Dan telah Kami jadikan (‘Isa) putra Maryam bersama ibunya sebagai suatu bukti yang nyata (bagi kebesaran Kami), dan Kami selamatkan (melindungi)  mereka di sebuah dataran tinggi, (tempat yang tenang, rindang, dan banyak buah-buahan) dengan mata air yang mengalir.”(QS. Al-Mu’minun: Ayat 51)

Pendapat Syaikh Rasyīd Riḍhā’ mengenai Hijrahnya Nabi ‘Īsā as ke Kashmir (India)

Syaikh Rasyīd Riḍhā’, murid Syaikh Muḥammad ‘Abduh, pengarang Tafsīr al-Manār, seorang alim yang masyhur dari Mesir pada abad 19-20 M yang juga sezaman dengan Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, Ḥaḍrat Mīrzā Ghulām Aḥmad Qādiānī as, mengutarakan pendapat beliau dalam tafsir yang beliau karang tentang hijrahnya dan wafatnya Nabi ‘Īsā as di Kashmir:

Hijrahnya Nabi ‘Īsā as ke Hindustan dan Kewafatan Beliau di Kota Srinagar, Kashmir (India).

“Dijumpai di kota Sringar (orang-orang India menulis kata nagardengan kāf yang tebal yang mirip dengan qāf dalam dialek Mesir) sebuah pekuburan yang di dalamnya terdapat makam yang agung yang dikatakan bahwa yang ada di sana sebenarnya adalah makam seorang nabi yang mendatangi negeri-negeri Kashmir pada sekitar 1900 tahun lalu yang bernama Yūz Āsaf. Dikatakan bahwa nama aslinya adalah ‘Īsā Ṣāḥib (kata Ṣāḥib di Hindustan adalah gelar pengagungan seperti gelar Afandī bagi orang-orang Turki dan gelar Mr atau Miss bagi orang-orang Inggris. Dia adalah seorang nabi dari Banī Isrā’īl dan dia adalah seorang putra raja. Perkataan-perkataan ini berasal dari apa yang para penduduk negeri itu ceritakan secara turun-temurun dari para pendahulu mereka dan dicatat di dalam buku-buku mereka. Para misionaris Kristen yang pergi ke tempat itu tidak dapat berkata apa-apa kecuali bahwa kubur itu adalah milik salah seorang dari antara murid-murid atau rasul-rasul Al-Masīḥ as.

Hadhrat Mirza Ghulām Aḥmad Al-Qādiānī Al-Hindī telah menyebutkan hal itu secara rinci dalam bukunya yang dia namakan Al-Hudā Wa At-Tabṣirah Li Man Yarā dan dia menyebutkan di sana bahwa dia mencukupkan diri dalam buku itu dengan keringkasan dan bahwa perincian masalah ini dapat dijumpai dalam sebuah buku yang dikenal di sana dengan nama Ikmāl ad-Dīn dan dia menyebutkan pula di dalamnya lebih dari 70 nama penduduk negeri itu yang mengatakan bahwa kubur itu adalah kubur Al-Masīḥ ‘Īsā bin Maryam as. Dia menggambar bentuk pekuburan dengan pena.  Adapun kubur Al-Masīḥ as, dia meletakkan sebuah fotograf yang tertulis atasnya: “Pekuburan ‘Īsā Ṣāḥib.”

Hadhrat Mirza Ghulām Aḥmad menafsirkan kata الايواءdalam ayat:

وَجَعَلۡنَا ٱبۡنَ مَرۡيَمَ وَأُمَّهُۥٓ ءَايَةٗ وَءَاوَيۡنَٰهُمَآ إِلَىٰ رَبۡوَةٖ ذَاتِ قَرَارٖ وَمَعِينٖ

Dengan hijrah ke Hindustan dan pelarian diri ke kota Srinagar di Kashmir itu karena kata: الإيواء selalu dipergunakan untuk menunjukkan kesan الانقاد (pertolongan) dan التنجية(penyelamatan) dari penderitaan, kesengsaraan, musibah, dan ketakutan. Dia mengambil beberapa kesaksian dari firman Allah Taala:

أَلَمۡ يَجِدۡكَ يَتِيمٗا فَ‍َٔاوَىٰ

“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu).” (QS. Ad-Duha : Ayat 7)

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

وَٱذۡكُرُوٓاْ إِذۡ أَنتُمۡ قَلِيلٞ مُّسۡتَضۡعَفُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ تَخَافُونَ أَن يَتَخَطَّفَكُمُ ٱلنَّاسُ فَ‍َٔاوَىٰكُمۡ وَأَيَّدَكُم بِنَصۡرِهِۦ وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ

“Dan ingatlah ketika kamu (para Muhajirin) masih (berjumlah) sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), dan kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Dia memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki yang baik agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Anfal : Ayat 27)

Dan firman-Nya mengenai cerita keturunan Nabi Nūḥ as:

 إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَأَخۡبَتُوٓاْ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ

“Dia (anaknya) menjawab, Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!…(QS. Hud : Ayat 44)

Rabwah (ربوة) berarti ‘suatu tempat yang tinggi’. Negeri Kashmir adalah salah satu yang teratas di dunia dan ia memiliki sumber mata air yang mengalir dan air yang berlinang. Masyhur dalam pandangan para ahli tafsir bahwa Rabwah di sini adalah Ramlah di Palestina atau Damaskus di Suriah.

Seandainya Allah mengungsikan nabi Isa Al-Masīḥ as dan ibunya ke kedua tempat itu, niscaya kedua tempat di mana mereka berada itu tidak akan tersembunyi, apalagi jika hal itu terjadi setelah beliau menanggung penderitaan peristiwa salib dan orang-orang Yahudi berkerumun lagi mengetahui beliau.

Ini tidak sesuai dengan lafal الإيواء yang tidak dipergunakan, kecuali sebagai pertolongan dari sesuatu yang dibenci menunjukkan, dan tidak sesuai dengan kenyataan sebagaimana diketahui dari contoh-contoh di atas barusan dan misalnya yang lain seperti firman Allah Taala mengenai para Anṣhār raḍiyallāhu ‘anhum, sebagaimana firman Nya:

….وَٱلَّذِينَ ءَاوَواْ وَّنَصَرُوٓاْ ….

“… dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang Muhajirin)…..” (QS. Al-Anfal : Ayat 75)

Mengenai Nabi Yūsuf as diceritakan:

وَلَمَّا دَخَلُواْ عَلَىٰ يُوسُفَ ءَاوَىٰٓ إِلَيۡهِ أَخَاهُۖ قَالَ إِنِّيٓ أَنَا۠ أَخُوكَ فَلَا تَبۡتَئِسۡ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

“Dan ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, dia menempatkan saudaranya (Bunyamin) di tempatnya, dia (Yusuf) berkata, Sesungguhnya aku adalah saudaramu, jangan engkau bersedih hati terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

(QS. Yusuf : Ayat 70)

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

 فَلَمَّا دَخَلُواْ عَلَىٰ يُوسُفَ ءَاوَىٰٓ إِلَيۡهِ أَبَوَيۡهِ وَقَالَ ٱدۡخُلُواْ مِصۡرَ إِن شَآءَ ٱللَّهُ ءَامِنِينَ

“Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, dia merangkul (dan menyiapkan tempat untuk) kedua orang tuanya seraya berkata, Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman.” (QS. Yusuf : Ayat 100)

Dan kenyataan bahwa, sebelum orang-orang Yahudi  berkumpul dan berupaya untuk membunuh dengan cara menyalibkan beliau, Al-Masīḥ as tidak pernah berada pada satu kondisi ketakutan yang membutuhkan pengungsian (الإيواء) ke tempat yang aman darinya. Oleh karena itu, pelarian beliau as ke Hindustan tidaklah bertentangan, baik secara Akli (akal) maupun Naqli (AlQuran dan Alhadits).” [Asy-Syaikh Muḥammad Rasyīd Riḍā, Tafsīr al-Manār v. 6 (Kairo: Dār al-Manār, 1367 H), hh. 42-43]

Tempat tinggal yang dilukiskan dalam ayat tersebut tak sesuai jika diterapkan pada tanah Mesir, Yerusalem atau Syria, akan tetapi tepat sekali jika diterapkan pada Kasymir, di samping itu banyak bukti-bukti historis dan etnologis yang menunjangnya.

Isa Al-Masih as berdakwah sampai usia lanjut dan wafat secara wajar dalam usia 120 tahun, sebagaimana telah dinubuatkan oleh Rasulullah SAW dan Nabi Musa as, bahwa: “Nabi Isa as (Yesus) Akan Berumur Lanjut dan Wafat pada Umur 120 tahun”.

Dalam Bible dikatakan:

Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, UMURNYA akan LANJUT dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. (Kitab Yesaya 53:10: )

“Firman Tuhan : ” Bahwa roh ku tiada akan berbantah-bantah selama-lamanya dengan manusia, karena hawa nafsu jua adanya, melainkan tinggal lagi panjang umurnya 120 tahun”. (Kitab Kejadian pasal 6 ayat 3)

Nabi Suci Muḥammad SAW bersabda:

“Jibrīl as mengabarkan kepadaku bahwa ‘Īsā as hidup selama 120 tahun.” (Al-Mu‘jam al-Kabīr,Fī Mā Rawat Umm-ul-Mu’minīn ‘Ā’isyah ‘An Fāṭimah raḍiyallāhu ‘anhumā, no. 1301).

 “Seandainya Musa atau Isa masih hidup, mereka berdua pasti mengikutiku”.  (Al-Yawaqit wal-Jawahir, hal. 240; Fath al-Bayan, vol. 2 hal 246; tafsir Ibn Kathir, dibawah ayat 81, surat Ali-Imran)

Bahkan dalam Bible pun dikatakan bahwa Yesus sudah wafat.

“Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, UMURNYA akan LANJUT dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya”. (Kitab Yesaya 53:10: )

“Firman Tuhan : ” Bahwa roh ku tiada akan berbantah-bantah selama-lamanya dengan manusia, karena hawa nafsu jua adanya, melainkan tinggal lagi panjang umurnya 120 tahun”. (Kitab Kejadian pasal 6 ayat 3)

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as memberikan penjelasan tentang kewafatan nabi Isa as dengan jelas dan masuk akal :

“Pikiran ini sangat memalukan, jika Allah Swt telah mengangkat nabi Isa as dengan badan kasarnya ke langit, seperti seolah-olah Dia takut oleh orang-orang Yahudi, supaya jangan sampai mereka dapat menangkapnya.

Lagi pula pikiran tersebut sangat menghina kepada Nabi Muhammad saw, karena orang-orang kafir Quraisy dengan berulang ulang telah minta mu’jizat supaya Beliau saw naik ke langit dihadapan mata mereka dan membawa kitab dari langit, lalu mereka semua akan beriman kepada Beliau saw. Tetapi mereka di jawab begini; ‘Katakanlah, Maha Suci Tuhanku, tidaklah aku melainkan seorang manusia dan rasul (QS 17,94), yakni saya hanyalah manusia dan Allah Swt adalah suci dan tidak akan melanggar perjanjian-Nya dengan mengangkat manusia ke langit.” (Islam hal 23)

Ikhtitam.

Untuk umat Islam renungkan bersama, mari kita simak pernyataan dari Imam Mahdi wal Masih Al-Mau’ud, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sebagai berikut:

INGATLAH…! Tiada seorangpun yang akan turun dari langit. Semua orang yang memusuhi ku dan hidup saat ini pasti akan mati dan tidak seorangpun diantara mereka yang akan menyaksikan Kedatangan Isa Ibnu Maryam turun dari Surga. Kemudian anak-anak mereka, cucu-cucu mereka dan cicit-cicit mereka akan mati pula dan Isa anak Maryam belum juga turun. Kemudian Allah akan merasukan ketakutan kedalam hati mereka bahwa hari-hari Kedatangan Isa dari langit tak juga nampak. Mereka akan lelah dengan penantiannya. Dan sebelum tiga abad dari hari ini berakhir, kaum Muslim dan Kristen yang mempercayai hal ini akan mencampakkan dogma yang salah ini dengan perasaan malu dan putus asa.” (Mirza Ghulam Ahmad as, Tadzkiratus-syahadatain hal. 64)


[1] Situs Ahmaditalk menggunakan metode penomeran ayat Al-Qur’an dimana basmallah dalam tiap-tiap surat dihitung sebagai ayat pertama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *